PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia,
pendidikan sangat diutamakan karena memiliki peranan yang sangat penting
terhadap terwujudnya peradaban bangsa yang bermartabat. Begitu pentingnya
sehingga tujuan pendidikan telah diatur dengan jelas dalam Undang- Undang, sebagaimana disebutkan dalam Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
3, Republik Indonesia (2005: 8).
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi murid agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Merujuk pada fungsi pendidikan
nasional, disimpulkan bahwa pendidikan merupakan jalan pembentukan dan
pengembangan potensi murid untuk kemudian mengabdikan diri pada agama dan
bangsa. Salah satu unsur penting dalam upaya pencapaian fungsi pendidikan
nasional tersebut adalah maksimalisasi proses pembelajaran di sekolah pada
setiap jenjang pendidikan.
Di Indonesia, ada beberapa materi pelajaran yang utama
diajarkan pada murid, salah satu di antaranya adalah bahasa Indonesia. Fokus
utama tujuan pengajaran bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan yaitu
keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan menulis dan
keterampilan berbicara. Keterampilan membaca sudah harus ditumbuhkembangkan
pada diri murid sejak usia dini. Megawangi (2007: 30) mengemukakan bahwa pendidikan untuk usia
dini (TK dan SD) adalah masa-masa paling kritis dalam membangun fondasi.
Berdasarkan pengamatan penulis di kelas
I SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa proses pembelajaran murid masih
terpusat pada guru, hal ini dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
khusunya bahasa Indonesia, guru cenderung masih menggunakan metode ceramah yang
sesekali diselingi dengan tanya jawab tanpa adanya penggunaan media sehingga proses
pembelajaran menjadi monoton.
Sistem pembelajaran yang cenderung
menggunakan metode yang sifat komunikasinya satu arah dan tidak dikemas secara
menarik ini bukan hanya akan membuat pembelajaran menjadi monoton, tetapi juga
akan membuat murid merasa jenuh dan mudah bosan sehingga murid kurang termotivasi
untuk mengikuti pelajaran.
Berdasarkan observasi awal di kelas I SDN
Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa pada 2 April 2013, masih terdapat murid
yang kurang termotivasi membaca nyaring. Hal ini dapat terlihat saat praktik
membaca, murid tidak fokus dan melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran,
seperti bermain, bercerita, izin keluar kelas, bahkan ada yang menolak untuk
membaca. Adapun murid yang bersedia membaca, kebanyakan tidak menguasai tanda
baca, intonasi, dan kejelasan suara sehingga bagi sebagian besar murid Bahasa
Indonesia adalah mata pelajaran yang relatif sulit. Hasilnya terlihat pada
pencapaian KKM dengan standar nilai 72 hanya 15 orang murid dari 27 jumlah
murid keseluruhan yang mencapai target.
Irmin (2004: 1) dalam bukunya yang berjudul
Menjadi Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru mengatakan bahwa pendidik atau guru
adalah potret yang selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya
mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan, guru adalah salah
satu komponen pencipta peradaban. Sejalan
dengan hal tersebut, Usman (2004:
1) memberikan arahan bahwa dalam mewujudkan perubahan intelektual pada
diri murid, guru diharapkan
mampu memotivasi murid, dalam hal
ini memotivasi untuk membaca nyaring dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Memacu diri menjadi
guru yang berkualitas perlu didasari oleh niat yang tepat. Djamarah (2005: 2) menyatakan bahwa menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu
perbuatan yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan pada panggilan jiwa atau
tuntutan hati nurani adalah tidak mudah, karena kepadanya lebih banyak dituntut
pengabdian kepada murid
daripada tuntutan pekerjaan dan material
oriented.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, guru hendaknya
memaksimalkan diri dalam mengelola kelas pembelajaran dengan memberikan model
belajar yang sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Salah satu model
belajar yang tepat untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif adalah
penggunaan media. Dengan media pembelajaran yang menarik maka murid akan termotivasi
dalam belajar
Anak usia
dini memiliki daya fantasi yang sangat tinggi, terkait dengan upaya meningkatkan motivasi membaca nyaring murid maka
perlu menggunakan media yang dapat menyalurkan imajinasi yang kreatif.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan
adalah media buku
cerita bergambar. Guru bisa menggunakan
buku cerita bergambar yang lucu. Hal itu tentu akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi murid. Dalam diri murid akan timbul rasa ingin tahu untuk
mengetahui maksud dari gambar yang tertera. Dengan demikian kegiatan membaca
nyaring di kelas akan terlaksana dengan baik.
Berdasarkan hal-hal yang telah
diungkapkan di atas, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian
dengan judul: “Penggunaan Media Buku Cerita Bergambar dalam Meningkatkan
Motivasi Membaca Nyaring Murid Kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang
masalah, penulis mengidentifikasikan masalah rendahnya motivasi membaca murid disebakan kurang inovatifnya strategi pembelajaran
yang diterapkan di kelas, di
antaranya tidak dipergunakannya media pembelajaran yang tepat. Guru terkesan menyelenggarakan proses pembelajaran secara sangat standar
sesuai dengan bahan yang tersedia. Anak usia sekolah dasar kelas 1, belajar dengan
nuansa serius sebuah momok yang dikhawatirkan mengikis motivasi belajar murid,
mereka cenderung lebih termotivasi belajar jika disajikan pelajaran dengan
menggunakan media yang menarik.
C.
Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah tentang
rendahnya motivasi membaca murid
dalam pelajaran Bahasa Indonesia murid Kelas I SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa, penulis menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan media berupa buku
cerita bergambar.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan alternatif pemecahan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah peningkatan
motivasi membaca nyaring murid Kelas I SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa melalui pembelajaran dengan
menggunakan media buku cerita bergambar?
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan mendeskripsikan bagaimanakah peningkatan motivasi membaca nyaring murid
kelas 1 SDN Paccinongan
Unggulan Gowa dengan pemanfaatan media berupa buku cerita bergambar?
F.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Penelitian yang baik adalah penelitian
yang dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Melalui penelitian ini,
diharapkan beberapa manfaat dapat dirasakan di antaranya adalah dengan
terciptanya suasana belajar yang menyenangkan sehingga murid termotivasi dalam
belajar.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi siwa, pengalaman membaca dengan penggunaan media buku cerita bergambar akan menjadi pengalaman yang sangat
bermakna dan menyenangkan
sehingga motivasi dan hasil belajar murid dapat meningkat.
b. Bagi guru, pengalaman
mengajar membaca dengan menggunakan media pembelajaran berupa buku cerita
bergambar dapat dikembangkan dan divariasikan dengan berbagai macam pendekatan
sehingga tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif yang manfaatnya akan
dirasakan bersama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Pendukung dan Penelitian
yang Relevan
Dalam penyusunan
sebuah karya ilmiah, diperlukan berbagai dukungan teori dan penelitian
terdahulu yang relevan sebagai rujukan terhadap penelitian yang hendak disusun,
dalam hal ini yang terkait dengan penggunaan media buku cerita bergambar dalam
meningkatkan motivasi membaca nyaring murid. Adapun teori baik dari karya
ilmiah yang relevan maupun buku yang penulis kutip adalah sebagai berikut:
1. Teori Pendukung
Safei (2011: 1) mengatakan bahwa tingkat
keefektifan pembelajaran di sekolah salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan
guru menerapkan asas kekonkretan dalam mengelola proses pembelajaran. Maksudnya
guru harus mampu menjadikan apa yang diajarkannya sebagai sesuatu yang konkret(nyata)
sehingga mudah dipahami oleh murid. Hal ini sesuai dengan tingkat
perkembangan usia murid.
Untuk mewujudkan asas kekonkretan dalam pembelajaran di sekolah dibutuhkan
adanya media pembelajaran yang tepat.
Heinich (1993) dalam Safei (2011: 4-5) media
merupakan alat saluran
komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber
pesan(a source) dengan penerima
pesan(a receiver). Heinich
mencontohkan media ini , seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed
materials), komputer dan
instruktur. Contoh media tersebut dapat dipertimbangkan sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Sudjana (1988) dalam Rohani (2004) menjelaskan bahwa strategi mengajar/pengajaran adalah
taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
(pengajaran) agar dapat mempengaruhi
para murid untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien.
Wright (2005) menyebutkan beberapa kelebihan
gambar untuk digunakan dalam
pembelajaran, diantaranya adalah gambar dapat memotivasi murid untuk fokus pada
pelajaran dan mengambil peran di kelas; Gambar dapat menstimulasi dan
menyediakan informasi sebagai bahan referensi dalam percakapan, diskusi, dan
bercerita.
Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 2) menggambarkan mengenai nilai
dan manfaat media pembelajaran. Mereka berpendapat bahwa media
pengajaraan diharapkan dapat mempertinggi proses belajar murid dalam pengajaran
yang pada gilirannya diharapakan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya
Disamping dukungan teori dari beberapa
referensi buku di atas, penulis melengkapi kajian pustaka ini dengan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang penulis akan lakukan.
2. Relevansi Penelitian
Sebelumnya
Zainab, dengan
identifikasi gambar secara teliti didukung kemampuan murid membaca cerita
pendek dan bimbingan guru
selama kegiatan berlangsung maka terjadi peningkatan pada hasil belajar murid
kelas 1 MI al Islamiyah. Untuk membantu murid membaca cerita pendek, sebaiknya
guru memanfaatkan buku cerita bergambar big
book dalam pelajaran membaca cerita pendek agar kemampuan murid dapat
meningkat.
Karmila (2008) dalam penelitian skripsinya
menemukan temuan bahwa penggunaan media gambar dalam aktivitas pembelajaran
dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat murid.
Hidayat (2008) telah melakukan penelitian dengan
menggunakan gambar untuk meningkatkan kemampuan berbicara murid. Dia mengatakan
bahwa gambar dapat memacu kemajuan murid setelah diberikan tindakan
Penulis menambahkan kajian pustaka dengan
memberikan gambaran singkat mengenai teori motivasi membaca dan media buku
cerita bergambar sebagai media pembelajaran.
1. Konsep Motivasi
Membaca
Gambrell dkk (1996: 518) mengemukakan pandangan
tentang motivasi membaca sebagaimana penulis kutip dalam tulisan berikut.
Teacher have long recognized that motivation is
the heart of many of the perpasive problems we face in teaching young children
to read. In a study conducted by Veenman (1984) teachers ranked motivating
students as one of their prymary and over reading concern. A more recent
national survey of teachers also revelead that”creating interest of reading”
was rated as the most important area for future research.
Gambrell dkk mengemukakan bahwa guru telah
mengenal bahwa motivasi adalah sebuah masalah besar yang dihadapi guru dalam
mengajar murid pada pelajaran membaca. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh
Veenman ditemukan bahwa memotivasi murid merupakan salah satu fokus perhatian
yang penting. Dalam sebuah survei
nasional ditemukan bahwa menciptakan minat membaca merupakan hal yang sangat
penting untuk diteliti.
Masih tulisan Gambrell dan Rose Marie Codling
dalam literatur lain mengatakan bahwa memotivasi murid untuk membaca, merupakan
sebuah fokus dan tanggung jawab besar bagi guru di sekolah dan orang tua.
Penulis sepakat dengan pendapat tersebut bahwa orang tua dan guru mengemban
tanggung jawab yang besar dalam upaya meningkatkan motivasi membaca murid.
(Hurlock. 1978:114) dalam Sri Munanti (2012) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan
Minat Baca Melalui Media Gambar Pada
Anak Kelas B TK Mardirahayu menjelaskan bahwa minat merupakan
sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bila mereka melihat sesuatu akan
menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasaan. Bila
kepuasaan berkurang, minat pun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan
dalam kehidupan anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi
orang dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat
tersebut.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa motivasi membaca
terkandung unsur perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca.
Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai
kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari
dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang
dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.
2. Media Buku Cerita
Bergambar
Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing dalam kehidupan
anak-anak. Di samping itu, buku adalah
sebuah media yang baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita
bergambar merupakan kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang
berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses
pemahaman terhadap isi buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan
pembaca dapat dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak
disampaikan.
Untuk anak usia dini, alangkah baiknya jika dikenalkan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usia
mereka untuk membantu perkembangannya. Pada
saat usia dini, perkembangan otak murid
berkembang secara pesat, sehingga
murid
harus senantiasa dimotivasi untuk selalu belajar dan media pembelajaran
membaca nyaring yang efektif adalah
melalui buku cerita bergambar.
Penulis mengutip dari sebuah
situs internet tentang pentingnya cerita bergambar yang ditulis oleh Mitchell
(dalam Nurgiantoro, 2005:159) yaitu
sebagai berikut:
1.
Membantu perkembangan emosi anak.
2.
Membantu anak belajar tentang dunia dan
keberadaannya.
3.
Belajar tentang orang lain,
hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan.
4.
Memperoleh kesenangan.
5.
Untuk mengapresiasi keindahan, dan
6.
Untuk menstimulasi imajinasi.
B.
Kerangka Pikir
Pokok masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah penggunaan media buku cerita bergambar dalam
meningkatkan motivasi membaca murid Kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten
Gowa. Dalam undang- undang tentang SPN telah disebutkan tujuan pendidikan,
namun disayangkan realita di lapangan tujuan pendidikan tersebut masih jauh
dari jangkauan.
Guru sebagai fasilitator
pendidikan hendaknya kreatif dalam menciptakan iklim menyenangkan dalam kelas
pembelajaran. Guru perlu untuk mengembangkan berbagai macam strategi dalam
rangka upaya meningkatkan motivasi membaca murid, terlebih bagi murid sekolah
dasar yang masih melekat dalam jiwa mereka dunia hiburan.
Bahasa Indonesia pada dasarnya
adalah mata pelajaran yang banyak digemari murid. Hanya saja kadang kala
terkendala pada ketidakmampuan murid untuk membaca, terutama bagi murid kelas 1
SD. Akibat dari ketidakmampuan tersebut adalah murid menjadi kurang termotivasi
untuk membaca. Oleh sebab itu, penulis mencoba mengembangkan strategi
penggunaan media buku cerita bergambar dengan sudut pandang bahwa anak usia
dini, cenderung menyukai gambar daripada nyanyian dan tulisan.
Bagan 1. Kerangka Pikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Idealitas:
Realitas:
Proses
pembelajaran aktif Proses
pembelajaran pasif
Motivasi membaca murid Kelas 1
SDN Paccinongan Unggulan
Output: Meningkatnya motivasi
membaca murid
Kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan
C.
Hipotesis Tindakan
Penggunaan Media Pembelajaran berupa Buku
Cerita Bergambar dapat meningkatkan motivasi membaca nyaring murid kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (Class Action Reserach). Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ini
merupakan sebuah pendekatan yang sangat tepat diterapkan, hanya saja belum
banyak penulis yang menggunakan ini. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
perpaduan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Alur Penelitian
Tindakan Kelas ini berupa siklus yang mana tiap siklus mencakup perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Menurut Sanjaya (2010: 54) PTK
ini dinamakan model siklus karena model ini lebih menonjolkan kegiatan yang
harus dilaksanakan penulis dalam setiap kali putaran.
B.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa. Lokasi sekolah ini berada di pinggir kota namun sudah dilengkapi dengan
berbagai macam sarana dan prasarana yang memadai.
Subjek penelitian ini adalah murid Kelas 1 SDN
Paccinongan Unggulan yang terdiri atas
12 murid laki- laki dan 16 murid perempuan dengan total murid keseluruhan 28
orang murid.
C.
Fokus Penelitian
Permasalahan muncul dengan kurangnya motivasi
membaca murid Kelas 1 yang berdampak pada lambannya perkembangan kemampuan
membaca mereka. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Meneliti pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar dalam upaya
meningkatkan motivasi membaca murid kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten
Gowa.
2. Meneliti hasil
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Buku Cerita Bergambar dalam
upaya meningkatkan motivasi membaca murid kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan
Kabupaten Gowa
D.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan terdiri atas dua siklus.
Siklus pertama direncanakan akan dilakukan pada pekan pertama Juli 2013. Tiap
siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama akan diberikan angket
untuk mengukur hasil motivasi awal murid sebelum diberikan tindakan dan sebagai
tambahan diberikan tes membaca untuk mengukur kemampuan membacanya. Selanjutnya pada siklus ke dua akan
dilaksanakan pada pekan ketiga Juli 2013. Siklus
kedua terdiri atas tiga kali
pertemuan dan pada akhir pertemuan akan diberikan post test dan angket untuk mengukur peningkatan motivasi membaca
murid setelah diberikan tindakan pembelajaran
dengan menggunakan media buku cerita bergambar.
Mulyasa.
(2009:84) memberikan gambaran siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
Siklus I
1.
Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi rendahnya
motivasi murid dalam membaca
2.
Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan pada refleksi awal
akan diatasi dengan melakukan langkah- langkah perencanaan tindakan, yaitu
menyusun beberapa instrumen penelitian berupa: RPP, buku cerita bergambar, soal tes, angket, dan lembar observasi.
3.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilakukan tindakan berupa
pelaksanaan program pembelajaran dengan menggunakan buku cerita bergambar berdasarkan RPP dan melakukan observasi
terhadap keterlaksanaan RPP dan aktivitas murid.
4.
Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-
data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari hasil observasi pada siklus pertama.
Jika pada siklus ini hasil yang diharapkan belum tercapai maka penelitian
dilanjutkan ke siklus kedua.
Siklus II
1.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I dengan membuat instrumen penelitian berupa: RPP, buku cerita
bergambar, soal tes, angket, dan
lembar observasi.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan
program pembelajaran dengan menggunakan buku cerita bergambar berdasarkan RPP dan melakukan observasi
terhadap keterlaksanaan RPP dan aktivitas murid.
3.
Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-
data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari hasil observasi pada siklus kedua.
E.
Instrumen Penelitian
Penulis menyiapkan beberapa instrumen yang
akan digunakan selama penelitian berlangsung, yaitu pre-test berupa teks
bacaan dan angket untuk mengukur kemampuan dan motivasi membaca murid dan
post-test berupa teks bacaan dan
angket untuk mengukur
kemampuan membaca murid , RPP, Pedoman Observasi untuk dijadikan standar observasi agar
mendapatkan data yang valid dan membantu tercapainya tujuan dari penelitan,
dan angket untuk mengukur sikap murid
terhadap tindakan yang diberikan.
F.
Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan
Data
Menurut Mulyasa (2009: 183) data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui
teknik pengumpulan data yang meliputi: sumber data, jenis data, teknik
pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
No
|
Sumber Data
|
Jenis Data
|
Teknik
Pengumpulan
|
Instrumen
|
1
2
3
4
|
Murid
Guru
Guru dan Murid
Murid
|
Jumlah murid yang dapat membaca teks dengan baik pada pre
test dan post test
Langkah- langkah Pembelajaran
Aktivitas guru dan murid selama proses pembelajaran
Respon murid terhadap media yang digunakan
|
Mendengarkan
bacaan
Observasi dan
Rekaman Vidio
Observasi
Penyebaran
Kuesioner
|
Teks bacaan
Pedoman Observasi
Pedoman Observasi
Lembar Kuesioner
|
G.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penulis akan dianalisis
agar memperoleh data yang valid untuk disajikan sesuai dengan masalah yang
dibahas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga tahapan dalam
menganalisis data sebagaimana penulis sadur dari Sugiyono (2008: 234) sebagai berikut.
a.
Reduksi Data
Semua data di lapangan
dianalisis sekaligus dirangkum, dipilih hal- hal yang pokok dan difokuskan pada
masalah yang pokok yang dianggap penting, dicari tema dan polanya sehingga
tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.
b.
Display Data
Display data atau
penyajian data merupakan teknik yang digunakan oleh penulis agar data yang
diperoleh dan jumlahnya banyak, dapat dikuasai dan dipilih secara fisik dan
dibuat dalam bagan.
c.
Verifikasi Data
Tahap ini merupakan
teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis dalam rangka mencari makna
data dan mencoba untuk mengumpulkannya. Pada awal kesimpulan data masih kabur,
penuh dengan keraguan, tetapi dengan bertambahnya data dan diambil suatu
kesimpulan, pada akhirnya akan ditemukan cara mengelola data.
Penelitian analisis secara keseluruhan dilakukan
setelah kegiatan pengumpulan data di lapangan dinyatakan rampung dan data
diperlukan sudah lengkap. Berikut kriteria penilaian kemampuan membaca murid
Tabel II. Penilaian Membaca nyaring (kelancaran
dan ketepatan membaca)
Kegiatan yang dilakukan murid
|
Skor
|
Murid membaca nyaring dengan
lancar dan tepat
|
4
|
Murid membaca nyaring dengan
lancar dan kurang tepat
|
3
|
Murid membaca nyaring kurang
lancar dan tepat
|
2
|
Murid membaca nyaring tidak lancer
|
1
|
Tabel III.
Penilaian Membaca nyaring (menguasai tanda- tanda baca sederhana)
Kegiatan yang dilakukan murid
|
Skor
|
Murid
menguasai empat tanda baca sederhana (titik, koma, tanda tanya, tanda seru)
|
5
|
Murid menguasai tiga tanda baca
sederhana
|
4
|
Murid menguasai dua tanda baca sederhana
|
3
|
Murid menguasai satu tanda baca
sederhana
|
2
|
Murid tidak menguasai apa- apa
|
1
|
Tabel IV. Penilaian Membaca nyaring (menggunakan
intonasi suara yang wajar)
Kegiatan yang dilakukan murid
|
Skor
|
Murid membaca nyaring dengan menggunakan intonasi suara
yang wajar
sehingga makna mudah dipahami
|
3
|
Murid membaca nyaring dengan kurang menggunakan
intonasi yang
wajar sehingga makna kurang
bisa dipahami
|
2
|
Murid membaca nyaring dengan tidak menggunakan
intonasi suara yang
wajar sehingga makna tidak
dapat dipahami
|
1
|
Tabel V. Penilaian Membaca nyaring (kejelasan
suara)
Kegiatan yang dilakukan murid
|
Skor
|
Murid membaca nyaring dengan
suara yang jelas
|
3
|
Murid membaca nyaring dengan
suara yang kurang jelas
|
2
|
Murid membaca nyaring dengan
suara yang tidak jelas
|
1
|
Motivasi murid diklasifikasikan berdasarkan data
angket. Data angket mengenai motivasi murid dianalisis dengan menggunakan Skala
Likert (Likert Scale) yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel VI. Pengukuran Motivasi menurut Skala Likert
Skor Pernyataan Positif
|
Kategori
|
Skor Pernyataan Negatif
|
10
8
6
4
2
|
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat tidak setuju
|
2
4
6
8
10
|
Penulis menerapkan 5
pernyataan positif dan 5
pernyataan negatif. Jika murid menjawab seluruh pernyataan positif dengan
sangat setuju dan menjawab seluruh pernyataan negatif dengan sangat tidak
setuju, maka murid akan mendapatkan skor 100. Kemudian jika murid menjawab
seluruh pernyataan positif dengan sangat tidak setuju dan menjawab seluruh
pernyataan negatif dengan sangat setuju,
maka murid akan mendapatkan skor 20.
Rata- rata skor berada antara 20 sampai 100 dengan interval 80.
Kategori
|
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Sangat
Termotivasi
|
85- 100
|
||
Termotivasi
|
69- 84
|
||
Cukup
Termotivasi
|
52- 68
|
||
Kurang
Termotivasi
|
36- 51
|
||
Sangat Tidak
Termotivasi
|
20- 35
|
||
Total
|
Setelah memeriksa angket yang diisi oleh murid,
hasil pemeriksaan kemudian diolah dengan menggunakan Skala Likert. Skor yang
diperoleh murid tergantung pada pilihan jawaban yang mereka pilih. Total skor
kemudian disesuaikan dengan kategori motivasi yang dimiliki murid. Jika murid
memiliki skor 85-100, maka dikategorikan sangat termotivasi. Jika murid
memiliki skor 69-84, maka dikategorikan termotivasi. Jika murid memiliki skor
52-68, maka dikategorikan cukup termotivasi. Jika murid memiliki skor 36-51, maka
dikategorikan kurang termotivasi. Jika murid memiliki skor 20-35, maka
dikategorikan sangat tidak termotivasi. Dari pengkategorian tersebut, dapat
dilihat berapa murid yang menempati masing- masing kategori dan kemudian
dinyatakan dalam bentuk persentase.
H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan indikator kinerja yaitu penggunaan media
pembelajaran buku
cerita bergambar dapat meningkatkan motivasi membaca nyaring murid kelas 1 SDN Paccinongan Unggulan Kabupaten Gowa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan penelitian tentang motivasi belajar murid dengan menggunakan media
gambar telah dilaksanakan di SDN Paccinongan Unggulan, Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.
A.
Motivasi Membaca Nyaring Murid
1. Analisis Deskriptif Motivasi Membaca Nyaring sebelum Tindakan
Data
angket menunjukkan bahwa skor rata rata murid sebelum tindakan adalah 38,2 dari
skor ideal 100. Skor ini masuk dalam kategori tidak termotivasi. Data
menunjukkan bahwa 0 murid yang sangat
termotivasi, 0 murid termotivasi, 7 murid cukup termotivasi, 6 murid tidak
termotivasi, dan 15 murid sangat tidak termotivasi. Data ini dapat dilihat pada
tabel VIII berikut.
Tabel VIII Data analisis motivasi
murid sebelum diberi tindakan
Kategori
|
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Sangat termotivasi
|
85- 100
|
0
|
0
|
Termotivasi
|
69- 84
|
0
|
0
|
Cukup Termotivasi
|
52- 68
|
7
|
25
|
Tidak termotivasi
|
36- 51
|
6
|
21,4
|
Sangat tidak termotivasi
|
20- 35
|
15
|
53,6
|
Total
|
28
|
100
|
Berdasarkan
Data hasil penilaian kemampuan membaca nyaring murid pada observasi awal
adalah Untuk menilai tercapainya
nilai KKM murid yaitu 70, maka skor minimal murid dari penilaian membaca nyaring
adalah 10,5 (70 X 15 (skor ideal) / 100 ). Berdasarkan penilaian kriteria
membaca nyaring di atas, maka ditemukan bahwa
14 murid yang mencapai nilai tuntas atau 50% dari keseluruhan jumlah
murid, dan 14 murid lainnya belum tuntas.
2. Analisis Deskriptif Motivasi Membaca Nyaring dengan Menggunakan
Media Buku Cerita Bergambar Siklus I
a.
Perencanaan Tindakan
Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti telah
mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan selama proses pembelajaran, berupa
media buku bergambar, angket, lembar observasi, dan RPP.
Pada siklus ini, peneliti melakukan tiga kali pertemuan,
yang mana sebelum pertemuan pertama telah diberikan analisis awal mengenai
motivasi membaca murid. Pada pertemuan pertama hingga ketiga pada siklus ini,
penulis menerapkan penggunaan media buku cerita bergambar untuk memotivasi
murid membaca nyaring.
Dalam
penerapan media buku cerita bergambar ini, diharapkan adanya peningkatan
motivasi dan kemampuan membaca nyaring murid
b.
Pelaksanaan Tindakan
1)
Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, murid diberikan bacaan
bergambar mengenai anggota tubuh manusia. Murid diminta membaca dengan
memperhatikan gambar manusia dan keterangan anggota tubuh. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan pada tanggal 22 Juli
2013.
2)
Pertemuan
kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 juli dengan memberikan bacaan
bergambar mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan secara fisik. Secara umum
model pembelajarannya sama dengan pertemuan pertama
3)
Pertemuan
ketiga
Pertemuan ketiga diselenggarakan pada tanggal 5 Agustus. Murid diberikan
lembaran dengan ukuran besar dan berwarna agar lebih menarik.
c.
Observasi
Berdasarkan pada
observasi yang dilakukan penulis mendapatkan data sebagai berikut:
a)
Pada tes awal murid nampak malas membaca
karena bacaan yang diberikan hanya berupa buku tanpa gambar. Adapun yang
membaca nampak lesu dan sebagian yang lainnya sibuk dengan urusan yang lain.
b)
Pada pertemuan pertama, murid nampak
sedikit berbeda merespon bacaan karena yang disediakan adalah buku bergambar.
Murid terlihat mengamati gambar namun belum fokus pada bacaan namun guru
memberikan penjelasan akan jalannya proses pembelajaran.
c)
Pertemuan kedua, murid mulai mengamati
gambar dan bacaan secara seimbang. Sebagian murid yang awalnya malas melihat
buku bacaan menjadi tertarik untuk memperhatikan.
d)
Pertemuan ketiga, nampak perkembangan yang
positif pada murid, termasuk yang sering bolos menjadi hadir dan fokus. Pada
pertemuan ketiga ini, diberikan evaluasi mengenai hasil bacaan mereka, baik
berupa kecakapan membaca maupun pemahaman dengan hasil bacaan.
d.
Refleksi, dan Evaluasi
Data
dari motivasi membaca murid dapat dianalisa dengan prosedur berikut:
1)
Motivasi
Data
angket menunjukkan bahwa skor rata rata murid pada siklus I adalah 79 dari skor
ideal 100. Skor ini masuk dalam kategori termotivasi. Data menunjukkan bahwa 8 murid yang sangat termotivasi, 15
murid termotivasi, 5 murid cukup termotivasi.
Tabel IX
Data analisis motivasi murid siklus I
Kategori
|
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Sangat termotivasi
|
85- 100
|
8
|
28,57
|
Termotivasi
|
69- 84
|
15
|
53,57
|
Cukup Termotivasi
|
52- 68
|
5
|
17,85
|
Tidak termotivasi
|
36- 51
|
0
|
0
|
Sangat tidak termotivasi
|
20- 35
|
0
|
0
|
Total
|
28
|
100
|
Berdasarkan
analisis data pada hasil penilaian kemampuan membaca murid didapatkan
bahwa 19 murid yang mencapai nilai
tuntas atau 67,85 % dari keseluruhan jumlah murid, dan 9 murid lainnya belum
tuntas.
3.
Analisis Deskriptif Motivasi Membaca Nyaring Siklus II
a.
Perencanaan Tindakan
Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti telah
mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan selama proses pembelajaran, berupa
media buku bergambar, angket, lembar observasi, dan RPP.
Pada siklus ini, peneliti melakukan tiga kali pertemuan
sebagaimana pada siklus I. Pada pertemuan pertama hingga ketiga, penulis
menerapkan penggunaan media buku cerita bergambar untuk memotivasi murid
membaca nyaring.
Dalam
penerapan media buku cerita bergambar ini, diharapkan adanya peningkatan
motivasi dan kemampuan membaca nyaring murid yang lebih meningkat dibandingkan
dengan siklus I.
b.
Pelaksanaan Tindakan
1)
Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, murid diberikan bacaan
bergambar mengenai kendaraan dan bacaan untuk menganalisa bunyi kendaraan. Murid
diminta membaca dengan memperhatikan keterangan gambar. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan pada tanggal 12
Agustus 2013.
2)
Pertemuan
kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus dengan memberikan
bacaan bergambar mengenai jenis jenis makanan dan bacaan berisi pentingnya manusia
dengan makan.
3)
Pertemuan
ketiga
Pertemuan ketiga diselenggarakan pada tanggal 26 Agustus. Murid diberikan
lembaran berwarna yang berisi gambar lingkungan alam dan sekitarnya.
c.
Observasi
Berdasarkan pada
observasi yang dilakukan penulis mendapatkan data sebagai berikut:
1)
Pada pertemuan pertama, murid merespon
bacaan dengan baik dan bersemangat, mereka sesekali membahas gambar dengan
teman sebangkunya.
2)
Pertemuan kedua, murid nampak antusias mulai
mengamati gambar dan bacaan secara seimbang. Sebagian murid yang awalnya malas
melihat buku bacaan menjadi tertarik untuk memperhatikan.
3)
Pertemuan ketiga, nampak perkembangan yang
positif pada murid, termasuk yang sering bolos pada pelajaran membaca menjadi
hadir dan fokus. Pada pertemuan ketiga ini, diberikan evaluasi mengenai hasil
bacaan mereka, baik berupa kecakapan membaca maupun pemahaman bacaan.
d.
Refleksi, dan Evaluasi
Data
angket menunjukkan bahwa skor rata rata murid pada siklus II adalah 88,78 dari
skor ideal 100. Skor ini masuk dalam kategori sangat termotivasi. Data menunjukkan bahwa 19 murid yang sangat termotivasi, 8
murid termotivasi, 1 murid cukup termotivasi.
Tabel X Data analisis motivasi murid siklus II
Kategori
|
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Sangat termotivasi
|
85- 100
|
19
|
67,85
|
Termotivasi
|
69- 84
|
8
|
28,57
|
Cukup Termotivasi
|
52- 68
|
1
|
3,57
|
Tidak termotivasi
|
36- 51
|
0
|
0
|
Sangat tidak termotivasi
|
20- 35
|
0
|
0
|
Total
|
28
|
100
|
Berdasarkan analisis data hasil membaca murid pada
siklus II maka didapatkan bahwa 25 murid yang mencapai nilai tuntas atau 89,28%
dari keseluruhan jumlah murid, dan 3 murid lainnya belum tuntas. Dengan
demikian, standar ketuntasan klasikal tercapai yaitu 70% dari keseluruhan
murid.
B.
Hasil Analisis Kualitatif
Disamping peningkatan motivasi
membaca murid dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I dan siklus II
tercatat sejumlah perubahan yang terjadi selama proses belajar mengajar
berlangsung. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar
observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada tiap siklus. Berikut ini
dalah data perubahan murid selama kegiatan proses kegiatan belajar mengajar.
1. Kehadiran murid meningkat dari 80 % pada
siklus I menjadi 90% pada siklus II.
2. Murid yang memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran meningkat dari 65 % pada siklus I menjadi 90%
pada siklus II. Hal ini disebabkan
karena murid menyukai media yang diberikan. Mereka juga menyadari bahwa sebuah
aktivitas yang menyenangkan sehingga mereka berusaha memperhatikan setiap
penjelasan yang disampaikan oleh guru.
3. Murid yang melakukan aktifitas negatif selama
proses pembelajaran menurun dari 35% pada siklus I menjadi 5% pada siklus II.
Hal ini disebabkan karena pada siklus I pertemuan pertama sebagian besar murid
tidak memahami kelanjutan pembelajaran, tetapi pada siklus II murid lebih fokus
pada pelajaran daripada menggunakan waktu untuk hal negatif.
4. Murid yang aktif dalam mengerjakan tugas
pada saat pemberian tugas meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 85% di siklus
II. Hal ini membuktikan bahwa minat dan perhatian murid semakin meningkat
dengan metode pembelajran yang disajikan
5. Murid yang mampu membaca nyaring
mengalami penigkatan dari 40% siklus I menjadi 85% di siklus II. Hal ini membuktikan
bahwa motivasi murid membaca nyaring meningkat sehingga berpengaruh terhadap
kelancaran membacanya.
6. Murid yang aktif pada saat pemberian tugas
semakin meningkat dari 60% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II. Hal ini sebabkan karena
murid termotivasi akan penghargaan.
C.
Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan
1. Pandangan murid terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia dapat dikatakan mengalami perubahan ke arah yang lebih
positif. Hal ini terlihat dari interaksi yang terjadi baik antara murid dengan
murid maupun guru dengan murid di kelas.
2. Pandangan murid terhadap penerapan media
buku cerita bergambar, untuk hal ini umumnya murid menanggapi dengan positif.
Mereka menganggap bahwa model pembelajaran tersebut memberikan peluang bagi
mereka untuk lebih termotivasi membacadan membangun rasa percaya diri dan
semangat mereka untuk terampil membaca.
D.
Pembahasan
1. Motivasi Membaca dengan Menggunakan Buku
Cerita Bergambar
Meningkatkan motivasi membaca murid,
terkhusus bagi murid kelas I sekolah dasar yang belum mengenal huruf dengan
sempurna, bukan suatu usaha yang mudah sehingga dapat dilaksanakan dengan apa
adanya.
Berdasarkan observasi awal hingga
diterapkannya penggunaan buku cerita bergambar di setiap aktivitas membaca
murid dapat terlihat dengan sangat jelas perbedaan motivasi murid dalam membaca
setiap teks bacaan yang disajikan. Dikatakan murid termotivasi karena sebagian
besar murid malas membaca dan sibuk dengan kegiatan lain sebelum diterapkan
penggunaan buku cerita bergambar, namun setelah diterapkan penggunaan buku
cerita bergambar, hampir seluruh murid antusias menyimak bacaan dan ketika
diminta membaca di depan kelas mereka juga melakukannya.
Sebagaimana fungsi media adalah
sebagai perantara yang sangat efektif menyampaikan pesan dari pengirim ke
penerima pesan, maka demikianlah halnya dengan media buku cerita bergambar.
Dengan memberikan teks bacaan yang dilengkapi dengan gambar yang erat
hubungannya dengan bacaan, sangat membantu menyampaikan pesan bacaan kepada
murid yang membacanya.
2. Motivasi Aktivitas Belajar Murid dengan
Menggunakan Buku Cerita Bergambar.
Dari hasil observasi yang dilakukan
selama dua siklus dengan menerapkan media buku bergambar memberikan banyak
perubahan pada murid antara lain:
a. Murid lebih termotivasi untuk hadir di
kelas dan mengikuti proses pembelajaran.
b. Murid merasa senang dengan metode yang
diberikan karena membuatnya aktif berinteraksi dengan murid yang lainnya.
c. Murid merasa lebih akrab dengan teman-
temannya
d. Murid mempunyai kepercayaan diri untuk
tampil berbicara di depan kelas.
Di awal pertemuan terdapat kendala
yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu masih adanya beberapa murid yang belum
beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan sehingga masih terlihat
gugup dalam aktivitas pembelajaran sehingga suasana kelas belum begitu aktif.
Tapi hal ini tidak berlangsung lama karena di akhir siklus I terjadi perubahan
pada murid.
Pada siklus II kendala yang
ditemukan di siklus I sudah terkendali terlihat dari semakin meningkatnya minat
belajar murid, terkhusus dalam keterampilan membaca dan mampu memahami bacaan
dengan benar.
Berdasarkan pada indikator
keberhasilan, murid dikatakan tuntas apabila memperoleh skor minimal 70 dari
skor ideal dan tuntas belajar secara klasikal apabila 70% dari keseluruhan
jumlah murid mencapai nilai ketuntasan belajar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Media Buku Cerita Bergambar
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan motivasi membaca nyaring murid Kelas I
SDN Paccinongan Unggulan, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
B.
Saran
1.
Diharapkan
mengenalkan dan membiasakan murid dengan berbagai macam model media pembelajaran
yang dapat memicu semangat membaca murid, salah satunya adalah media buku
cerita bergambar.
2.
Karena
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan murid, maka kegiatan ini dapat
dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran Bahasa Indonesia maupun pelajaran
lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, Suatu pendekatan teoritis psikologis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gambrell. 1996. The Reading Teacher. International Reading Association.
............... Yearbook of the American Reading Forum
(online)
Hidayat, Ahmad. 2008. The Effectiveness of Self- Assesment
Techniques in Improving Student’s English Speaking Proficiency in PIKIH Program
of UIN Alauddin Makassar. Makassar: UIN Alauuddin
Irmin, Soejitno, dkk. 2004. Menjadi
Guru yang Bisa Digugu dan Ditiru. Syeima Media
Karmila, Fitri. 2008. The Use of
Picture Based Activities to Improve the First Year Students’ Speaking
Proficiency at MA Madani Alauddin Pao- Pao.Makassar: UIN Alauddin
Megawangi,
Ratna. 2007. Character Parenting Space,
Menjadi Orang tua Cerdas untuk Membangun Karakter Anak. Bandung: Read!
Publishing House
Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:
Remaja Rosdakarya
Munanti,
Sri. 2012. Upaya Meningkatkan
Minat Baca
melalui Media Gambar pada Anak Kelas B Tk Mardirahayu Sendangdawung Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2011/2012. Semarang: IKIP PGRI Semarang (online) (www.http://upaya-meningkatkan-minat-baca-melalui.html, diakses 01 Mei 2013)
melalui Media Gambar pada Anak Kelas B Tk Mardirahayu Sendangdawung Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2011/2012. Semarang: IKIP PGRI Semarang (online) (www.http://upaya-meningkatkan-minat-baca-melalui.html, diakses 01 Mei 2013)
Rohani,
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Usman,
Uzer, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Safei, Muh.2011. Media Pembelajaran: Pengertian,
Pengembangan, dan Aplikasi. Makassar: Alauddin University Press.
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Skripsi. 2011. Hubungan Antara Minat Baca dan Kemampuan
Memahami Bacaan Murid Kelas V SD se-gugus II Kecamatan Gedongtengen Kota
Yogyakarta. Yogyakarta.
Sudjana, Nana. Dan Rivai, Ahmad. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta
Zainab. 2010. Meningkatkan kemampuan membaca cerita berbahasa
Indonesia melalui buku cerita bergambar Big Book di kelas I MI Al Islamiyah
Kauman-Bangil. Bangil.(http//: media-cerita-bergambar.htm, diakses pada 26 April 2013)
Wright, Andrew. 2005. Pictures for Language Learning: Cambridge
Hand Book for Language Teacher. Cambridge: University Press
Bagikan
Meningkatkan Motivasi Membaca Nyaring dengan Buku Cerita Bergambar
4/
5
Oleh
Unknown