Bismillaahirrahmaanirrahiim
Belum juga badan merasa hangat,
padahal semangkuk mie panas telah
habis saya lahap.☕
Suhu AC juga setelannya cuma pada 27 derajat. ^^
Brrrrrrr, dingin habis beradu dengan hujan bersama angin kencang.
Melalui jalan yang jaraknya tak lebih 2 km.☔☔☔
Now, saya balik lagi stay di depan komputer,
tentunya setelah membasuh wajah dan tangan dengan SK7 Body Soap
Plant Essential Oil.
[Air hujan, sekalipun jatuhnya langsung dari langit, tapi sebelum
menyentuh kulit, dia telah tekontaminasi lebih dahulu dengan polusi lingkungan.
Sumber kesehatan dan kecantikan yang pertama adalah kebersihan (^_')]
***
Pukul 01.00 p.m, seyogyanya saya sudah berdiri di hadapan adik2
mahasiswa. Namun, adzan duhur berkumandang, saya masih ngobrol manis dengan
tamu yang berkunjung ke kantor, sementara shalat duhur belum saya tunaikan,
kostum juga belum saya siapkan.
Akhirnya, sesaat setelah tamu pamit, saya bersegera kemudian
ngebut ke kampus [Di antara hal yang membuat saya malu adalah ditunggu].
Belum juga tiba di kampus, hujan mulai menitik dan langit tak lagi
cerah ☁☁☁
Tiba di kampus, saya dapati adik2 mahasiswa pada nongkrong di
teras gedung. Ternyata aturan baru berlaku, Hari Sabtu, gedung tidak bisa
dipakai kecuali melalui perizinan khusus.
"So what now"?
Tanya saya pada mereka, membuka jalan tuk
menemukan solusi.
Ada yang menawarkan manjat pagar,
ada juga yang minta lesehan saja
di teras,
ada yang kasih saran buat surat perizinan,
sebagiannya lagi
mengusulkan pindah jadwal.
Masukan yang terakhir inilah yang saya anggap paling tepat, ganti
jadwal.
Daripada waktu tidak dimanfaatkan, kami sepakat jalankan kelas meski sesaat. Namun, belum juga adik- adik temukan posisi duduk yang tepat, rintik hujan mulai makin ramai dan
dalam sekali hembusan angin, siraman air hujan dari arah timur menyapa kami.
Waktu ke waktu hujan makin deras, angin kencang pun tak mau kalah dan langit telah menjadi gelap, hanya sesekali diterangi oleh cahaya putih dari langit bernama kilat.
Seketika adik2 mahasiswa menjadi riuh, terlebih jika langit bergemuruh.
Saya, yang awalnya hanya serius memandangi dan menunggu robohnya
spanduk berukuran 2 X 3 meter yang digoyang angin, atau sekali waktu
memperhatikan bapak penjaga kantin berlarian memunguti mangga yang berjatuhan
dengan berpayungkan kardus kecil, pada akhirnya beralih fokus mengamati pola
tingkah adik2 ini.
Ada yang dengan asyiknya bermain dengan hujan
Ada yang hanya mojok dekat tiang
Ada yang berlari ke Bank samping gedung mencari akses wifi gratis
Ada yang ngobrol2 ringan dengan saya,
dan sebagian yang lain sibuk menyambut datangnya kilat dengan
teriakan sembari berlindung di belakang punggung kawan prianya yang sesekali
dibumbui dengan colak colek sambil tertawa renyah.
Sembari merapatkan tubuh ke tembok, saya memandangi mereka sambil menelusuri lorong waktu [pakai kotak ajaib Doraemon] dan berhenti
pada masa ketika saya mahasiswa baru dulu, 2004.
Saya pernah berada pada masa
seperti mereka sekarang. Hanya saja, sejeli bagaimanapun saya mengingat moment2
masa itu, tak saya dapati satu moment pun dimana saya berheboh ria bersama
kawan2 pria, seperti yang saya lihat hari ini.
Rasanya... terlalu risih dan malu mengeluarkan suara di atas
kadarnya dan terlalu kuat dinding pertahanan saya untuk disentuh oleh teman
pria.
Adik- adikku, saya sayang mereka.
Berharap, mereka tumbuh dewasa dan menjadi pribadi yang berharga.
Dahulu, saya punya banyak kawan pria, yang jadi sahabat juga tak
sedikit. Hanya saja, kami terikat pada satu visi yang sama, BuReng [Buru
Rangking] dan berkarya. Interaksi kami tak jauh- jauh dari diskusi kelompok,
nongkrong di toko buku, bercengkrama sambil kerja tugas di perpustakaan,
membina English Meeting Club, Belajar pekanan di HMJ, Menghadiri Kajian Jum'at dan Tarbiyah, Membuat buletin dan
mading English Corner, dan kegiatan serupa lainnya. Di luar dari itu, saya
absen ^^. [Hmmm, they were my best friends]
Daun mangga beterbangan di depan kami, dan lamunan saya pun usai
***
Hujan tak ada pertanda reda,
Kaki saya juga mulai lelah,
Sebelum sindrom anemia kambuh,
Saya putuskan pulang menembus hujan,
Meninggalkan mereka adik2 mahasiswa yang masih heboh menikmati
canda tawanya.
Oh iya, inti "ceritaku" kali ini adalah, qaddarullah wa maasya'a fa'al (Segala sesuatu terjadi atas
takdir Allah, dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki)
Perasaan was-was telat masuk kelas sudah menyertai sejak pukul
12.00,
Pakaian saya tidak cukup rapi meski tidak juga asal- asalan,
Metode pembelajaran telah saya rancang dengan matang kurang dari
10 menit sepanjang jalan,
Tangki bensin-pun yang nyaris kering luput dari perhatian,
Saya memacu motor dengan kecepatan yang kurang sedap dipandang
bagi seorang perempuan,
Semua itu demi untuk tidak membuat adik2 mahasiswa menunggu,
demi untuk tidak korupsi waktu.
Tapi itulah, qaddarullah, kelas sama sekali tidak berjalan. Allah
tidak memberi izin dengan gedung perkuliahan yang terkunci, bahkan memakai
teras pun kami tak diberi izin, Allah menghendaki hujan deras membasahi
kami hingga ke teras.
Kita manusia, boleh saja berencana,
Namun, Allah Muriidun,
memiliki sifat Maha Berkehendak.
Kita, menjalaninya saja dengan bahagia.☺
Wassalam
Saturday, Nov 19, 2016b⌚02.17.p.m. at Office
Bagikan
Allah Muriidun
4/
5
Oleh
Unknown