Sabtu, 19 November 2016

Allah Muriidun

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Belum juga badan merasa hangat, 
padahal semangkuk mie panas telah habis saya lahap.☕
Suhu AC juga setelannya cuma pada 27 derajat. ^^

Brrrrrrr, dingin habis beradu dengan hujan bersama angin kencang.
Melalui jalan yang jaraknya tak lebih 2 km.☔☔☔

Now, saya balik lagi stay di depan komputer,
tentunya setelah membasuh wajah dan tangan dengan SK7 Body Soap Plant Essential Oil. 
[Air hujan, sekalipun jatuhnya langsung dari langit, tapi sebelum menyentuh kulit, dia telah tekontaminasi lebih dahulu dengan polusi lingkungan. Sumber kesehatan dan kecantikan yang pertama adalah kebersihan (^_')]
***
Pukul 01.00 p.m, seyogyanya saya sudah berdiri di hadapan adik2 mahasiswa. Namun, adzan duhur berkumandang, saya masih ngobrol manis dengan tamu yang berkunjung ke kantor, sementara shalat duhur belum saya tunaikan, kostum juga belum saya siapkan.

Akhirnya, sesaat setelah tamu pamit, saya bersegera kemudian ngebut ke kampus [Di antara hal yang membuat saya malu adalah ditunggu].
Belum juga tiba di kampus, hujan mulai menitik dan langit tak lagi cerah☁☁☁

Tiba di kampus, saya dapati adik2 mahasiswa pada nongkrong di teras gedung. Ternyata aturan baru berlaku, Hari Sabtu, gedung tidak bisa dipakai kecuali melalui perizinan khusus.
"So what now"? 
Tanya saya pada mereka, membuka jalan tuk menemukan solusi.
Ada yang menawarkan manjat pagar, 
ada juga yang minta lesehan saja di teras, 
ada yang kasih saran buat surat perizinan, 
sebagiannya lagi mengusulkan pindah jadwal.
Masukan yang terakhir inilah yang saya anggap paling tepat, ganti jadwal.

Daripada waktu tidak dimanfaatkan, kami sepakat jalankan kelas meski sesaat. Namun, belum juga adik- adik temukan posisi duduk yang tepat, rintik hujan mulai makin ramai dan dalam sekali hembusan angin, siraman air hujan dari arah timur menyapa kami. 



Waktu ke waktu hujan makin deras, angin kencang pun tak mau kalah dan langit telah menjadi gelap, hanya sesekali diterangi oleh cahaya putih dari langit bernama kilat. 
Seketika adik2 mahasiswa menjadi riuh, terlebih jika langit bergemuruh.
Saya, yang awalnya hanya serius memandangi dan menunggu robohnya spanduk berukuran 2 X 3 meter yang digoyang angin, atau sekali waktu memperhatikan bapak penjaga kantin berlarian memunguti mangga yang berjatuhan dengan berpayungkan kardus kecil, pada akhirnya beralih fokus mengamati pola tingkah adik2 ini.

Ada yang dengan asyiknya bermain dengan hujan
Ada yang hanya mojok dekat tiang
Ada yang berlari ke Bank samping gedung mencari akses wifi gratis
Ada yang ngobrol2 ringan dengan saya,
dan sebagian yang lain sibuk menyambut datangnya kilat dengan teriakan sembari berlindung di belakang punggung kawan prianya yang sesekali dibumbui dengan colak colek sambil tertawa renyah.

Sembari merapatkan tubuh ke tembok, saya memandangi mereka sambil menelusuri lorong waktu [pakai kotak ajaib Doraemon] dan berhenti pada masa ketika saya mahasiswa baru dulu, 2004. 

Saya pernah berada pada masa seperti mereka sekarang. Hanya saja, sejeli bagaimanapun saya mengingat moment2 masa itu, tak saya dapati satu moment pun dimana saya berheboh ria bersama kawan2 pria, seperti yang saya lihat hari ini.

Rasanya... terlalu risih dan malu mengeluarkan suara di atas kadarnya dan terlalu kuat dinding pertahanan saya untuk disentuh oleh teman pria.
Adik- adikku, saya sayang mereka.
Berharap, mereka tumbuh dewasa dan menjadi pribadi yang berharga.

Dahulu, saya punya banyak kawan pria, yang jadi sahabat juga tak sedikit. Hanya saja, kami terikat pada satu visi yang sama, BuReng [Buru Rangking] dan berkarya. Interaksi kami tak jauh- jauh dari diskusi kelompok, nongkrong di toko buku, bercengkrama sambil kerja tugas di perpustakaan, membina English Meeting Club, Belajar pekanan di HMJ, Menghadiri Kajian Jum'at dan Tarbiyah, Membuat buletin dan mading English Corner, dan kegiatan serupa lainnya. Di luar dari itu, saya absen ^^. [Hmmm, they were my best friends]

Daun mangga beterbangan di depan kami, dan lamunan saya pun usai
***
Hujan tak ada pertanda reda,
Kaki saya juga mulai lelah,
Sebelum sindrom anemia kambuh,
Saya putuskan pulang menembus hujan,
Meninggalkan mereka adik2 mahasiswa yang masih heboh menikmati canda tawanya.

Oh iya, inti "ceritaku" kali ini adalah, qaddarullah wa maasya'a fa'al (Segala sesuatu terjadi atas takdir Allah, dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki)

Perasaan was-was telat masuk kelas sudah menyertai sejak pukul 12.00,
Pakaian saya tidak cukup rapi meski tidak juga asal- asalan, 
Metode pembelajaran telah saya rancang dengan matang kurang dari 10 menit sepanjang jalan,
Tangki bensin-pun yang nyaris kering luput dari perhatian,
Saya memacu motor dengan kecepatan yang kurang sedap dipandang bagi seorang perempuan,
Semua itu demi untuk tidak membuat adik2 mahasiswa menunggu,
demi untuk tidak korupsi waktu.

Tapi itulah, qaddarullah, kelas sama sekali tidak berjalan. Allah tidak memberi izin dengan gedung perkuliahan yang terkunci, bahkan memakai teras pun kami tak diberi izin, Allah menghendaki hujan deras  membasahi kami hingga ke teras.

Kita manusia, boleh saja berencana, 
Namun, Allah Muriidun, memiliki sifat Maha Berkehendak.
Kita, menjalaninya saja dengan bahagia.☺

Wassalam
Saturday, Nov 19, 2016b⌚02.17.p.m. at Office

Bagikan

Jangan lewatkan

Allah Muriidun
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.