PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam pembangunan bangsa. Kajian di berbagai negara
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan dengan tingkat
perkembangan bangsa. Di Indonesia, pendidikan diharapkan mampu menghasilkan
manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis, religius, mandiri,
bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan keunggulan
masyarakat di berbagai bidang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3, Republik Indonesia
(2005: 8) sebagai berikut.
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwah
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di Indonesia dikenal
beberapa jenjang pendidikan formal, mulai dari jenjang TK hingga jenjang
perguruan tinggi. Di antara jenjang pendidikan tersebut, ada dua jenjang dimana
murid berada pada masa usia
dini. Penulis memandang bahwa penanaman sikap cinta belajar perlu ditanamkan
sejak anak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Megawangi
(2007: 30) dalam bukunya Character Space
Parenting memberi pernyataan sebagai berikut.
Pendidikan
untuk usia dini (TK dan SD) adalah masa-masa paling kritis dalam membangun
fondasi. Apabila pada masa usia dini murid sudah mendapatkan pendidikan yang salah,
maka sikapnya terhadap belajar akan negatif dan akan terus terbawa hingga usia
dewasa sehingga sulit untuk menjadi pencinta belajar.
Dalam dunia pendidikan,
khususnya di Indonesia, pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran yang
diperhitungkan. Berdasarkan temuan
Depdiknas (2007) melalui hasil penelitian
menunjukkan bahwa:
Masih banyak permasalahan
pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru dalam menerapkan pembelajaran
lebih menekankan pada metode yang
mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran,
sehingga murid kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Murid hanya diam saja dan mudah
jenuh dalam pembelajaran. Selain itu kurangnya motivasi yang diberikan guru
juga menjadi faktor kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPS.
Irmin (2004: 1) menyatakan bahwa “guru
adalah potret yang selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya
mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan, guru adalah salah satu
komponen pencipta peradaban”.
Dengan menyadari hal tersebut, maka hendaknya seorang guru tidak
menyelenggarakan proses pembelajaran yang dilakukannya dengan apa adanya. Usman (2004: 21) memberikan
gambaran bahwa “Guru yang efektif berperan sebagai pengelola proses
pembelajaran, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran
yang efektif sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan murid
untuk menyimak pelajaran agar dapat mencapai tujuan pendidikan”.
Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan
gambaran yang terjadi di SDN 147 Pelali, Kec. Curio, Kab. Enrekang. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
oleh penulis sendiri pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa minat murid dalam mempelajari IPS kurang, hal ini berdampak
pada rendahnya hasil belajar mereka. Penulis menganalisa letak permasalahan
dari kurangnya minat murid dalam belajar IPS dan kemudian menemukan bahwa salah satu sebab utamanya
adalah guru kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran.
Nana Sudjana (Rohani, 2004) menjelaskan bahwa” Strategi
mengajar/ pengajaran adalah taktik yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar
dapat mempengaruhi murid untuk dapat
mencapai tujuan pengajaran secara lebih
efektif dan efisien”.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka penulis memilih
alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat
mendorong keterlibatan murid dan meningkatkan keterampilan guru. Dengan penggunaan pendekatan yang tepat
akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan murid aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu
disusun suatu model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan
materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar
itulah penulis mencoba mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran make a match.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan murid dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran make a match. Model pembelajaran make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada murid. Penerapan model ini dimulai dengan murid disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditetapkan, murid yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin.
Dari uraian latar belakang tersebut
di atas, maka akan dilakukan pengkajian
lebih mendalam melalui penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid Kelas V Sekolah Dasar Negeri 147 Pelali, Kecamatan
Curio, Kabupaten Enrekang”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang
telah diuraikan, salah satu
masalah utama rendahnya hasil belajar murid dalam pembelajaran IPS adalah
rendahnya minat belajar murid. Minat belajar tersebut dipengaruhi oleh kurang
inovatifnya metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas. Guru
cenderung menggunakan metode konvensional yang membuat murid hanya diam
mendengar , sementara pada dasarnya murid yang masih duduk di bangku sekolah
dasar memiliki jiwa selalu ingin aktif bergerak meskipun dalam situasi sedang
belajar.
C.
Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah tentang rendahnya hasil dan minat belajar IPS murid Kelas V SDN 147 Pelali Kecamatan
Curio Kabupaten Enrekang, penulis menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan alternatif
pemecahan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPS murid Kelas V SDN 147
Pelali Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang melalui Model
Pembelajaran Make a Match?
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan maksud meningkatkan hasil
belajar IPS melalui model
pembelajaran Make a Match pada murid Kelas V SDN
147 Pelali Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang.
F.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Dalam setiap penelitian, diharapkan adanya
manfaat yang dapat diambil oleh beberapa pihak. Adapun manfaat bagi peneliti
adalah melalui penelitian ini peneliti dapat meng-upgrade keprofesionalan diri guna menciptakan proses pembelajaran
yang kondusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi murid, pengalaman belajar IPS dengan model
pembelajaran make a match akan menjadi pengalaman yang sangat
bermakna untuk terus mengembangkan cara-cara belajarnya.
b. Bagi guru, pengalaman
mengajar IPS dengan model pembelajaran make a match ini
dapat digunakan sebagai upaya perbaikan dan inovasi pembelajaran atas prakarsa
sendiri, sehingga guru tidak mudah berpuas diri untuk meningkatkan kualitas
keprofesionalannya dalam mendidik dan mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Pendukung dan
Penelitian yang Relevan
Dalam penyusunan sebuah karya
ilmiah dibutuhkan berbagai dukungan teori dan berbagai sumber dan rujukan yang
mempunyai relevansi dengan rencana sebuah penelitian. Sebelum melakukan
penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap penelitian- penelitian
sebelumnya dan referensi yang berkaitan dengan pembahasan ini.
1. Teori Pendukung
a)
Teknik Pembelajaran Kooperatif
Sardiman A.M. (2004: 73) dalam
bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar mengemukakan
bentuk- bentuk interaksi yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar murid.
Sanjaya (2010) dalam bukunya yang
berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan banyak
menerangkan tentang ragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pendidikan yang berlaku dan secara khusus membahas tentang strategi
pembelajaran kooperatif.
Nata (2011) dalam bukunya yang
berjudul Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran yang diterbitkan oleh
Kencana Prenada Media Group membahas tentang komponen strategi pembelajaran
serta model pembelajaran kooperatif dan interaktif learning.
Sudjana (1988) (Rohani, 2004) menjelaskan bahwa “strategi mengajar/pengajaran adalah
taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
(pengajaran) agar dapat mempengaruhi
para siswa untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien”.
b)
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006, Kementrian
Pendidikan (2006: 5) tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui
mata pelajaran IPS, murid
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang murid akan menghadapi tantangan berat karena
kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena
itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Pengajaran IPS di SD
ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan
peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan
pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta
mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang
baik.
Melalui pengajaran IPS
seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang
peka terhadap masalah sosial yang memberikan pelajaran yang membantu murid
untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. IPS merupakan
pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan
sosial yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera
dan sejarah.
Pendidikan IPS adalah
penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis
ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan
institusional pendidikan dasar dan menengah dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.
c)
Model Pembelajaran Make a Match
Dalam tulisan Dzaki (2009)
ia menggambarkan bahwa:
Model
Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap murid mendapat sebuah kartu (bisa soal atau
jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia
pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut
:
1. Guru menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap murid mendapat satu buah kartu.
3. Tiap murid memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang.
4. Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya. Artinya murid
yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu
‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
5. Setiap murid yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu
dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
7. Demikian seterusnya sampai
semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua murid.
8. Kesimpulan/penutup
Disamping dukungan teori dari
beberapa referensi buku di atas, penulis melengkapi kajian pustaka ini dengan
beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis akan lakukan.
2. Relevansi Penelitian
Sebelumnya
Pertama, dalam sebuah
blog yang ditulis oleh Ramadhan (2008) dengan nama blog Tarmizi Ramadhan’s Blog
digambarkan sebuah hasil temuan lapangan yang pernah dilakukan oleh
Widyaningsih dkk. Mereka
melakukan penelitian dengan judul Cooperative Learning sebagai Model
Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika. Penelitian Widyaningsih mengambil tiga tipe pembelajaran
kooperatif yaitu STAD, Jigsaw, dan Make a Match. Penerapan Cooperative Learning menurut hasil
penelitian Widyaningsih dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan cooperative
learning dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan berbagai model
serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu. Suasana positif yang timbul dari cooperative
learning memberikan kesempatan kepada murid untuk mencintai pelajaran dan guru matematika. Dalam
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan murid merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Namun
tidak menutup kemungkinan kericuhan di dalam kelas akan terjadi.
Kedua, Rahayu dan Mayang (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Penerapan Cooperative Learning
Teknik Make a Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada
Mata Pelajaran IPS Di Sekolah Dasar Negeri Candipuro 3 Lumajang. Dari hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa:
Penerapan teknik/ metode Make a Match dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 3 Lumajang menunjukkan
bahwa pretest murid mencapai 6,25%, sedangkan peningkatan
hasil belajar pada siklus I ke siklus II mencapai 13,43% dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Berdasarakan hasil penelitian ini, disarankan untuk memberikan
teknik pembelajaran kepada guru mata pelajaran IPS agar menerapkan pembelajaran
seperti Make a Match dalam
proses belajar mengajarnya sebagai teknik pembelajaran yang sesuai untuk
meningkatkan hasil belajar murid.
Ketiga, Maulidina dan Noviana (2011) menunjukkan hasil
penelitian bahwa:
Penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas IV SDN Kromengan 2 Kabupaten Malang. Perolehan
rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dari siklus I ke siklus II sebesar 17%
dengan ketuntasan belajar 98%. Sedangkan aktivitas belajar murid pada dari siklus I ke siklus II
meningkat sebesar 11%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran make a match
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas murid kelas IV SDN Kromengan 2 Kabupaten Malang.
Keempat, dalam
skripsi Mus (2010) yang berjudul Motivating the Second Year Students to Speak
English through Mutual Interview Technique at MA Madani Alauddin Pao- Pao dapat disimpulkan bahwa metode Mutual Interview Technique yang
merupakan salah satu metode dari strategi pembelajaran kooperatif dapat
memotivasi murid untuk berpartisipasi
aktif di dalam kelas. Hal tersebut nampak dari meningkatnya kemampuan
berbicara murid dari nilai rata-rata 50,5% pada siklus awal meningkat menjadi
69,3% pada siklus akhir.
Dari beberapa literatur pendukung
di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar murid
karena menghasilkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Untuk itu model pembelajaran tersebut akan
diterapkan dalam upaya menangani rendahnya hasil belajar IPS murid
Kelas V SDN 147 Pelali Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang.
B.
Kerangka Pikir
Pokok masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas V
sekolah dasar. Guru dan murid merupakan faktor penentu dalam proses
pembelajaran, oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan pembelajaran yang
efektif di dalam kelas, keterlibatan guru dan seluruh murid secara aktif
menjadi sesuatu yang mutlak diupayakan.
Kreativitas pendidik atau guru
dalam menjalankan tugasnya harus ditandai dengan kinerja yang tinggi karena
akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Guru perlu
untuk mengembangkan berbagai macam strategi dalam rangka upaya meningkatkan
motivasi belajar murid
IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang sebagian besar murid kurang termotivasi dalam proses
pembelajarannya. Salah satu penyebabnya adalah karena materi yang disajikan
kebanyakan berupa wacana yang perlu dihafal dan difahami. Untuk itu, diperlukan
suatu metode yang tepat untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut, dalam hal
ini penulis memilih strategi pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Make a Match.
Untuk lebih sederhananya dapat
dilihat pada bagan berikut
C.
Hipotesis Tindakan
Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas V SDN 147 Pelali Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reserach) yaitu penelitian yang fokus pada peningkatan
kualitas dan pemecahan dari permasalahan pembelajaran pada satu kelas.
Alur Penelitian
Tindakan Kelas ini berupa siklus yang mana tiap siklus mencakup perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sanjaya (2010: 54)
mengatakan bahwa “ PTK ini dinamakan model siklus karena model ini lebih
menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan peneliti dalam setiap kali
putaran.”
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SDN 147 Pelali, Kecamatan
Curio, Kabupaten Enrekang. Lokasi
sekolah ini berada di pedesaan Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang dengan sarana
dan prasarana yang terbatas sehingga menjadi kendala dalam pengembangan
pendidikan.
Subjek penelitian ini adalah murid Kelas V SDN 147
Pelali, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang. Adapun kelas yang akan penulis
teliti terdiri atas 35 orang murid yang mana terbagi atas 10 orang murid laki
laki dan 25 orang murid perempuan.
C. Fokus Penelitian
Permasalahan ini muncul dengan kurangnya motivasi
belajar murid pada mata pelajaran IPS yang berdampak pada rendahnya hasil
belajar mereka. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Meneliti proses pelaksanaan
Model Pembelajaran Make a Match dalam
upaya meningkatkan hasil belajar murid SDN 147 Pelali Kecamatan Curio Kabupaten
Enrekang.
2. Meneliti hasil
penerapan Model Pembelajara Make a Match
dalam upaya meningkatkan hasil belajar murid SDN 147 Pelali Kecamatan Curio
Kabupaten Enrekang.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dua siklus,
siklus pertama selama 4 minggu (1 bulan) dan siklus ke dua juga 4 minggu (1 bulan).
Setiap minggu I, II, dan III dilakukan tatap muka dengan model pembelajaran
Make a Match dan pada minggu ke IV dilakukan evaluasi hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya, penulis gambarkan
prosedur penelitian Penelitian Tindakan Kelas merujuk pada apa yang dijabarkan
oleh Mulyasa (2009:84). Gambaran tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Siklus I
a.
Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
kesulitan murid dalam memahami
pembelajaran IPS
b.
Perencanaan Tindakan
Masalah
yang ditemukan pada refleksi awal akan diatasi dengan melakukan langkah-
langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun beberapa instrumen penelitian
berupa: RPP, menerapkan Make a Match,
soal tes, angket, dan lembar observasi.
c.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap
ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Make a
Match berdasarkan RPP dan melakukan
observasi terhadap keterlaksanaan RPP dan aktivitas murid
d.
Observasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-
data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari hasil observasi pada siklus pertama.
Jika pada siklus ini hasil yang diharapkan belum tercapai maka penelitian
dilanjutkan ke siklus kedua.
e.
Refleksi, dan Evaluasi
Refleksi dan evaluasi dinaksudkan untuk melihat
kekurangan yang terjadi selama proses tindakan berlangsung untuk kemudian
menjadi bahan acuan dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
2.
Siklus II
a.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I dengan membuat instrumen penelitian berupa: RPP, menerapkan
Model
Pembelajaran Make
a Match, soal tes, angket,
dan lembar observasi.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilakukan tindakan berupa
pelaksanaan program pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Make a Match berdasarkan RPP dan melakukan observasi
terhadap keterlaksanaan RPP dan aktivitas murid.
c.
Observasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-
data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari hasil observasi pada siklus kedua. Pada
dasarnya observasi pada setiap siklus relatif sama, hanya saja kadang dibedakan
dengan adanya variasi dalam penyajian materi.
d.
Refleksi dan Evaluasi
Refleksi
dan evaluasi pada siklus kedua dimaksudkan untuk mengukur tingkat pencapaian
murid dari siklus satu dan jika memungkinkan untuk dilaksanakan tindakan
lanjutan pada siklus berikutnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan selama penelitian berlangsung yaitu tes
berupa pretest untuk mengukur hasil
belajar awal IPS murid dan post-test
untuk hasil belajar murid setelah diterapkan tindakan Make a Match, RPP, Pedoman Observasi untuk diadakan standar
observasi agar mendapatkan data yang valid dan membantu tercapainya tujuan dari
penelitian, dan angket untuk mengukur sikap murid terhadap tindakan yang
diberikan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga teknik yaitu tes, observasi, dan
dokumentasi.
1. Tes
Tes dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar murid
setelah menjalani tindakan pada beberapa kali pertemuan, biasanya dilaksanakan
pada awal tindakan dan pada akhir setiap siklus.
2. Observasi
Mulyasa
memberi pengertian bahwa pedoman observasi adalah instrumen untuk mengadakan
pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran,
baik itu dalam kelas maupun di luar kelas. Pedoman ini digunakan selama proses
penelitian berlangsung dan peneliti sendiri turut berpartisipasi di dalamnya.
3. Pedoman
Dokumentasi
Pedoman
dokumentasi adalah instrumen untuk melengkapi data berupa arsip- arsip,
perangkat pembelajaran, ataupun dokumentasi peristiwa atau kejadian yang telah
lalu.
Mulyasa (2009: 183) menyatakan bahwa” data penelitian dikumpulkan dan
disusun melalui teknik pengumpulan data yang meliputi sumber data, jenis data,
teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan”.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data didasarkan pada jenis data
dan sumber data.
1. Data yang berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data ini diperoleh dari sumber data
berupa dokumen. Dokumen adalah sesuatu yang dapat dijadikan sumber data yang
berupa tulisan. Teknik pengumpulan datanya disenut teknik dokumentasi. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru selaku peneliti.
2. Data yang berupa
aktivitas dalam proses pembelajaran. Data ini diperoleh dari aktivias guru dan
murid selama proses pembelajaran berlangsung di tempat penelitian. Sumber
datanya berupa peristiwa yang terjadi di tempat penelitian. Teknik pengumpulan
datanya menggunakan teknik observasi langsung. Pengamatan dilakukan sebelum,
selama dan sesudah penelitian berlangsung.
3. Data yang berupa
hasil belajar. Data ini diperoleh dari sumber data yaitu murid yang
melaksanakan pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan tes.
4. Data yang berupa respon
murid dalam pembelajaran.Data ini diperoleh dari sumber data yaitu murid yang
menerima Model Pembelajaran Make a Match
yang mana teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan angket untuk mengukur sikap
murid.
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti
tidak hanya menilai aspek kuantitatif akan tetapi juga menilai aspek
kualitatif.
1. Analisis data
kuantitatif.
Yang dimaksud dengan
analisis data kuantitatif adalah analisis data murid yang berupa hasil tes dan
terkait dengan angka. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar yang
merupakan hasil evaluasi di setiap siklus yang dilakukan.
2. Analisis data
kualitatif
Yang dimaksud dengan analisis data kualitatif
adalah analisis data murid terkait dengan motivasi, sikap, minat dan kualitas
kepribadian murid setelah menerima tindakan.
Data yang diperoleh dari peneliti akan dianalisis
agar memperoleh data yang valid untuk disajikan sesuai dengan masalah yang
dibahas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga tahapan dalam
menganalisis data sebagaimana penulis sadur dari Sugiyono (2008: 234) sebagai berikut.
1.
Reduksi Data. Semua data di lapangan dianalisis
sekaligus dirangkum, dipilih hal- hal yang pokok dan difokuskan pada masalah
yang pokok yang dianggap penting, dicari tema dan polanya sehingga tersusun
secara sistematis dan mudah dipahami.
2.
Display Data. Display data atau penyajian data
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti agar data yang diperoleh dan
jumlahnya banyak, dapat dikuasai dan dipilih secara fisik dan dibuat dalam
bagan.
3.
Verifikasi Data. Tahap ini merupakan teknik analisis data yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari makna data dan mencoba untuk mengumpulkannya.
Pada awal kesimpulan data masih kabur, penuh dengan keraguan, tetapi dengan
bertambahnya data dan diambil suatu kesimpulan, pada akhirnya akan ditemukan
cara mengelola data.
H. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan indikator kinerja
sebagai berikut:
1. Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas V SDN 147 Pelali, Kecamatan Curio,
Kabupaten Enrekang.
2. Adanya peningkatan hasil belajar murid, yaitu minimal 85% murid yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM = 75) dari keseluruhan jumlah murid dalam kelas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil
dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan penelitian tentang hasil belajar murid melalui model pembelajaran Make a Match yang telah dilaksanakan di
SDN 147 Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilaksanakan dua
siklus, adapun yang dianalisis adalah hasil tes awal, tes akhir siklus I dan
tes akhir Siklus II.
A.
Hasil Kuantitatif Belajar Murid
1. Analisis deskriptif hasil sebelum menggunakan Model Pembelajaran Make a Match.
Berdasarkan analisis deskriptif tes
awal, hasil belajar murid sebelum menggunakan model pembelajaran Make a
Match dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Statistik Skor
Penguasaan Murid Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match.
Statistik
|
Nilai Statistik
|
Subjek
Skor ideal
Skor maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor rata-rata
Standar Deviasi
|
35
100
80
30
50
57,2
16,16
|
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa skor
rata- rata hasil belajar IPS sebelum menggunakan model pembelajaran Make a Match adalah 57,2% dari skor
ideal 100. Banyaknya murid yang tuntas sebanyak 6 orang (17,1%) dengan standar
deviasi 16,16. Skor Maksimal yang diperoleh murid pada tes awal adalah 80 dan
skor minimum yang diperoleh murid adalah 30.
Apabila kemampuan murid menyelesaikan
soal- soal pada tes awal dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar murid
pada tes awal dapat dilihat pada tabel 2
Skor
|
Frekuensi
|
Persen
|
Kategori
|
0<x < 74
75<x<100
|
29
6
|
82,85
17,14
|
Tidak tuntas
Tuntas
|
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa pada
tes awal persentase ketuntasan murid sebesar 17,14% yaitu 6 dari 35 murid
termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan 82,85 % yaitu 29 dari 35 murid
termasuk dalam kategori tidak tuntas, artinya dari 35 murid, ada 29 murid yang
belum tuntas dan memerlukan perbaikan pada siklus I.
2.
Analisis deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I
a)
Perencanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis
mempersiapkan seluruh kebutuhan yang terkait dengan penelitian terlebih dahulu,
yaitu: bahan pretest dan postest, RPP,angket dan alat pendukung lainnya.
Pada siklus ini, penulis merancang empat kali
pertemuan, yaitu pertemuan pertama sebagai pretest atau observasi awal mengenai
hasil belajar awal murid sebelum tindakan, dan tiga kali pertemuan berikutnya
merupakan pemberian tindakan Make a Match.
b)
Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Pada pertemuan pertama di siklus I, dilaksanakan pretest terhadap 35 orang
murid untuk mengetahui hasil belajar awal murid sebelum dilaksanakan tindakan.
Murid diberikan beberapa butir pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran
IPS semester I. Pada pertemuan pertama ini murid juga diberi angket untuk
melihat sikap dan motivasi murid dalam menerima pelajaran IPS.
Pertemuan II
Pada pertemuan kedua, murid mulai diberikan bahan ajar dengan menerapkan
model pembelajaran Make a Match.
Pertemuan III
Pada pertemuan ketiga
murid diberikan penerapan Make a Match dengan materi yang berbeda dengan
pertemuan sebelumnya yaitu
c)
Observasi
Berdasarkan pada observasi yang dibuat
oleh penulis, data yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1)
Pada siklus pertama, khususnya pada
pertemuan pertama yang mana murid, murid belum mampu menjawab butir pertanyaan
dengan maksimal dan bahkan tidak menyelesaikan semua pertanyaan sementara
alokasi waktu telah cukup. Adapun mengenai
sikap mereka dengan pembelajaran IPS selama ini mereka kebanyakan beranggapan
bahwa belajar IPS membosankan dan susah untuk memahami setiap materinya. Sikap
ini nampak dari angket yang dibagikan kepada murid.
2)
Pada pertemuan kedua siklus I,
murid masih nampak canggung dalam menerima model pembelajaran Make a Match.
Mereka masih asing dengan model pembelajaran tersebut sehingga penulis
mengalami kesulitan dalam mengarahkan murid. Namun demikian, kelas nampak lebih
aktif dari sebelumnya.
3)
Pada pertemuan ketiga
siklus I, penulis mengamati bahwa murid sudah mulai beradaptasi dengan model
pembelajaran Make a Match dan mulai
nampak keaktifan murid dalam menjalani proses pembelajaran.
4)
Pada pertemuan keempat siklus I, penulis
masih menerapkan model pembelajaran Make
a Match dan nampak bahwa murid sangat senang dengan model pembelajaran
tersebut.
d)
Refleksi dan Evaluasi
Dari
pemberian tindakan pada siklus 1, guru menyimpulkan bahwa masih dibutuhkan
siklus berikutnya untuk dapat lebih meningkatkan hasil belajar murid pada
pelajaran IPS. Sebagai bahan evaluasi, murid diberikan pertanyaan sesuai dengan
materi yang telah diberikan sebelumnya selama diterapkannya model pembelajaran Make a Match.
Pada
siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan harian. Adapun
analisis deskriptif skor perolehan murid setelah diterapkan model pembelajaran Make a Match selama siklus I dapat
dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Statistik skor penguasaan murid
pada tes siklus I
Satistik
|
Nilai statistik
|
Subjek
Skor Ideal
Skor Maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor Rata- Rata
Standar Deviasi
|
35
100
87
40
47
67,62
14,80
|
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa skor
rata- rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkan model
pembelajaran Make a Match pada siklus
I adalah 67,62 dari skor ideal 100. Banyaknya murid yang tuntas 18 orang dengan
persentase 51,42% dan yang belum tuntas sebanyak 17 orang dengan persentase
48,57% dengan standar deviasi 14,80. Skor rata- rata yang diperoleh murid pada
tes siklus I sudah mengalami peningkatan dimana skor rata- rata meningkat dari
57,22 pada tes awal menjadi 67,62 pada siklus I
Apabila kemampuan murid
menyelesaikan soal- sol pada tes siklus I dianalisis maka persentase ketuntasan
belajar murid pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Distribusi frekuensi ketuntasan
belajar murid pada tes siklus I
Skor
|
Frekuensi
|
Persen
|
Kategori
|
0< x < 74
75<x < 100
|
17
18
|
48,57
51,42
|
Tidak tuntas
Tuntas
|
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pada
tes siklus I persentase ketuntasan murid sebesar 51,42 % yaitu 18 dari 35 murid
termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan 48,57 % yaitu 17 dari 35 murid
termasuk dalam kategori tidak tuntas, artinya dari 35 murid terdapat sebagian
kecil yang belum tuntas dan memerlukan perbaikan pada siklus II.
3.
Analisis deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II
a)
Perencanaan Tindakan
Pada dasarnya, perencanaan pada siklus pertama dan
siklus kedua tidak berbeda hanya saja pada siklus kedua penulis mencoba
memberikan variasi dalam penerapan model pembelajaran Make a Match.
b)
Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus
kedua relatif sama dengan siklus sebelumnya, hanya saja murid diberikan variasi
tindakan dan dengan tema materi yang berbeda.
Pertemuan kedua
Pertemuan kedua tidak berbeda dengan pertemuan
sebelumnya, hanya saja materi yang diberikan berbeda sesuai dengan RPP yang
telah disusun. Hal penting diperhatikan
pada pertemuan ini adalah guru berupaya keras untuk semakin meningkatkan
motivasi dan hasil belajar murid sehingga hasil belajar murid lebih meningkat
dari sebelumnya.
Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga merupakan
pertemuan akhir dalam PTK ini dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dengan memberikan materi
ajar sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Pertemuan keempat
Pada pertemuan keempat ini, murid
diberikan tindakan posttest untuk mengukur hasil belajar murid selama proses
penelitian berlangsung. Tujuan dari posttest ini adalah untuk mengukur
peningkatan atau perbedaan hasil belajar antara sebelum diterapkannya Make a Match dan setelah diterapkan.
c)
Observasi
Berdasarkan
pada observasi yang penulis buat pada siklus kedua, maka data yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
1)
Pada
pertemuan pertama, murid nampak antusias menjalani proses pembelajaran dari
sebelumnya dan mereka nampak sudah terbiasa dengan model yang diterapkan.
2)
Pada pertemuan kedua dan
ketiga, terlihat murid semakin akrab dengan model pembelajaran dan guru tidak
lagi kewalahan dan bekerja keras dalam memahamkan materi pelajaran kepada
murid. Dengan adanya variasi dalam pelaksanaannya memotivasi murid untuk
menerima setiap materi pelajaran.
d)
Refleksi, dan Evaluasi
Refleksi dalam tindakan ini adalah
peneliti melihat bahwa pada siklus kedua, peningkatan hasil belajar murid dalam
mata pelajaran IPS meningkat dan menunjukkan hasil yang maksimal, baik dari
segi nilai rata-rata maupun dalam pencapaian nilai ketuntasan minimal. Demikian
pula halnya dengan data kualitatif murid mengalami banyak perkembangan positif.
Pada siklus ini diterapkan model
pembelajaran Make a Match dengan
menetapkan dan membenahi kekurangan yang terjadi pada siklus I dan dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Statistik skor penguasaan murid
pada tes siklus II
Statistik
|
Nilai Statistik
|
Subjek
Skor Ideal
Skor Maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor Rata- Rata
Standar Deviasi
|
35
100
93
45
48
76
13,25
|
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa skor
rata- rata hasil belajar Ilmu Pegetahuan Sosial setelah diterapkan model
pembelajaran Make a Match pada siklus
II adalah 76 dari skor ideal 100. Banyaknya murid yang tuntas 30 orang, dengan
persentase 87,71%, dengan standar deviasi 13,25. Skor rata-rata yang diperoleh
murid pada tes siklus II sudah mengalami peningkatan dimana skor rata- rata
meningkat dari 67,62% pada siklus I menjadi 76% pada Siklus II.
Apabila kemampuan murid menyelesaikan
soal- soal pada tes siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar
murid pada tes siklus II dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi frekuensi ketuntasan
belajar murid pada tes siklus II
Skor
|
Frekuensi
|
Persen
|
Kategori
|
0< x 74
75< x < 100
|
5
30
|
14,25
85,71
|
Tidak Tuntas
Tuntas
|
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa pada
tes siklus II persentase ketuntasan murid sebesar 85,71% yaitu 30 dari 35 murid termasuk dalam
kategori tuntas, artinya dari tes siklus I ke tes siklus II mengalami
peningkatan yaitu dari 18 murid yang tuntas pada tes siklus I meningkat pada
tes siklus II menjadi 30 murid. Hal ini disebabkan karena pada siklus II ini,
para murid sudah mulai beradaptasi, dan terbiasa dengan menerapkan model
pembelajaran Make a Match, setelah
dilakukan pembenahan mengenai hal- hal yang dianggap kurang pada siklus I
B.
Hasil Analisis Kualitatif
Disamping peningkatan hasil IPS
selain penelitian pada siklus I dan siklus II tercatat sejumlah perubahan yang
terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Perubahan tersebut merupaka
data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang
dicatat pada tiap siklus mengetahui perubahan kesiapan murid dalam mengikuti
proses belajar mengajar selama penelitian ini berlangsung.
Berikut ini dalah data perubahan
murid selama kegiatan proses kegiatan belajar mengajar.
1. Kehadiran murid meningkat dari 70 % pada
siklus I menjadi 95% pada siklus II. Hal
ini disebabkan karena ada pertemuan pertama sikuls I, kebanyakan murid
menganggap bahwa model pemebelajaran yang akan diterapkan sulit unutk dipahami
sehingga sebagian dari mereka enggan mengikuti penbelajaran di kelas.
2. Murid yang memperhatikan penjelasan pada
saat proses pembelajaran meningkat dari 70,5% pada siklus I menjadi 89% pada
siklus II. Hal ini disebabkan karena murid menyadari akan pentingnnya peahaman
dalam bekerja sama dalam kelompoknya agar dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan.
3. Murid
yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran menurun dari 23%
pada siklus I menjadi 5% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena pada siklus
I pertemuan pertama sebagian besar murid tidak memahami kelanjutan pembelajaran
Make a MatCh dimana di akhir
penilaian tes yang diadakan kelompok yang memperoleh niai tertinggi memperoleh
penghargaan.
4. Murid yang aktif dalam mengerjakan tugas
pada ssat pemberian tugas meningkat dari 57,7% pada siklus I menjadi 88,6%
disklus II. Hal ini membuktikan bahwa minat dan perhatian murid semakin
meningkat dengan metode pembelajran yang disajikan
5. Murid yang mampu mengerjakan soal di
papan tulis mengalami penigkatan dari 60,3% siklus I menjadi 91,6% di siklus
II. Hal ini membuktikan bahwa motivasi murid untuk mampu menyelesaikan masalah
tidak lagi terbendung oleh sikap canggung dan rasa malu.
6. Adapun murid yang masih perlu bimbingan
dalam mengerjakan soal LKS, mengalami penurunan yang signifika dari 30,9% pada
siklus I menjadi 10,3% pada siklus II. Penurunan persentase ini disebabkan
karena murid benar- benar termotivasi dalam belajar selama diterapkannya metode
pembelajaran ini.
7. Murid yang kyrang percaya diri dalam
mengerjakan Kuis (tidak mengerjakan, menyontek, dll), mengalami penurunan dari
20,6% pada siklus I menjadi 4,41% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena pemahaman
murid semakin bertambah seiring rasa percaya diri dalam bersaing baik individu
maupun kelompok
8. Murid yang aktif pada saat pemberian
tugas semakin meningkat dari 60,6% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II. Hal ini sebabkan karena
murid termotivasi akan enghargaan kelompok dalam penerapan pebelajaran ini.
C.
Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan
1. Pandangan murid terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia dapat dikatakan mengalami perubahan kearah yang lebih positif.
Hal ini dapat terlihat dari interaksi yang terjadi baik antara murid dengan
maupun guru dengan murid di kelas.
2. Pandangan murid terhadap penerapan model
pembelajaran Make a Match, untuk hal ini umumnya murid menanggapi dengan
positif. Mereka menganggap bahwa model pembelajaran tersebut memberikan peluang
bagi mereka untuk lebih memahami materi.
D.
Pembahasan
Dari
hasil observasi yang dilakukan selama dua siklus dengan menerapkan model
pembelajaran Make a Match memberikan banyak perubahan pada murid antara lain:
1. Murid lebih termotivasi untuk belajar
2. Murid merasa senang dengan metode yang
diberikan
3. Murid merasa lebih akrab dengan teman-
temannta
4. Murid mempunyai kepercayaan dalam
mengerjakan pekerjaan di depan kelas.
Di awal pertemuan terdapat kendala
yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu masih adanya beberapa murid yang
beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan sehingga masih terlihat
gugup dalam aktivitas pembelajaran. Tapi hal ini tidak berlangsung lamakarena
di akhir siklus I terjadi perubahan pada murid.
Pada siklus II kendala yang ditemukan
di siklus I sudah terkendali terlihat dari semakin meningkatnya minat belajar
murid dan mampu menyelesaikan soal- soal yang diberikan oleh peneliti.
Berdasarkan pada indikator
keberhasilan, murid dikatakan tuntas apabila memperoleh skor minimal 75 dari
skor ideal dan tuntas belajar secara klasikal apabila 85% dari keseluruhan
jumlah murid mencapai nilai ketuntasan belajar. Dengan melihat persentase
ketuntasan belajar maka jelas terlihat bahwa murid Kelas V SDN 147 Kecamatan
Curio Kabupaten Enrekang mencapai tuntas secara klasikal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Model
Pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan aktivitas murid dalam kelas selama proses belajar mengajar dan
menciptakan suasana kondusif dan aktif di antara sesama murid.
2.
Hasil
observasi murid Kelas V SDN 147 Pelali Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS dari sebelum diberi tindakan hingga diberi
tibdakan siklus I dan siklus II
3.
Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini terbukti bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil
belajar IPS murid Kelas V SDN Pelali Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang.
B.
Saran
1.
Diharapkan
mengenalkan dan membiasakan murid dengan berbagai macam model pembelajaran
kooperatif yang dapat memicu semangat belajar murid, salah satunya adalah model
pembelajaran Make a Match.
2.
Karena
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan murid, maka kegiatan ini dapat
dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran IPS maupun pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional.
2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Mata Pelajaran IPS.
Dzaki, Muhammad Faiq,.
(2009). Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make a Match (membuat pasangan) – Langkah-Langkah Pembelajaran (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-make.html diakses 22 April 2013)
Hasan, Muhammad
Iqbal.(1999). Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Irmin, Soejitno, dkk. 2004. Menjadi
Guru yang Bisa Digugu dan Ditiru. Syeima Media
Maulida dan
Noviana. 2011. Penerapan model pembelajaran
make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SDN Kromengan 02 Kabupaten Malang
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php
diakses 20 April 2013)
Megawangi,
Ratna. 2007. Character Parenting Space,
Menjadi Orang tua Cerdas untuk Membangun Karakter Anak. Bandung: Read!
Publishing House
Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:
Remaja Rosdakarya
Mus, Fadmah. 2010. Motivating the Second Year Students to Speak
English through Mutual Interview Technique at MA Madani Alauddin Pao- Pao. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Nata,
Abudin. 2011. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta
Ramadhan,
Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatif
Make a Match. (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match
diakses 20 April 2013)
Rohani,
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2005.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Usman,
Uzer, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Rahayu dan Tri, Mayang Arum. 2012. Penerapan
Cooperative Learning Teknik Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar Negeri Candipuro 3 Lumajang
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php
diakses 20 Aapril 2013)
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman. 2004. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Satori, Djam’an., Komariah,
Aan. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta
SOAL TES HASIL BELAJAR SIKLUS I
- Sebutkan ciri- ciri mesjid kuno yang
ada di Indonesia.
- Sebutkan nama-nama mesjid kuno yang
ada di Indonesia dan tempatnya.
- Gambarkan ciri- ciri makam kuno yang
ada di Indonesia
- Apa yang dimaksud dengan arca?
- Gambarkan peninggalan karya sastra
yang ada di kediri.
SOAL TES HASIL BELAJAR SIKLUS II
- Sebutkan macam macam iklum dan cuaca
yang ada di Indonesia.
- Sebutkan macam- macam kenampakan
buatan yang ada di Indonesia.
- Sebutkan ke empat pengelompokan flora
yang ada di Indonesia.
- Apa yang dimaksud dengan arca?
- Apa yang dimaksud dengan
keanekaragaman kenampakan alam?
Bagikan
PTK MAKE A MATCH
4/
5
Oleh
Unknown