Jumat, 18 November 2016

PTK TIPE JIGSAW



PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR NEGERI


 













LAPORAN HASIL PENELITIAN



Diajukan sebagai Satu Syarat Pengembangan Profesi Guru dan
Dipergunakan untuk Kenaikan Pangkat dan Golongan








KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushalihat. Segala puji hanya milik Allah Sang Penguasa semesta alam yang menjadikan segala urusan menjadi baik yang dengan karuniaNya semata, penulis dapat menyelesaikan laporan PTK ini dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri ………”
Penulisan Laporan PTK ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan kenaikan pangkat dari Golongan IV/a ke IV/b.
Dalam proses penyusunan Laporan PTK ini, berbagai tantangan dan hambatan penulis hadapi, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat, bahkan menjadi motivasi bagi penulis untuk mempersembahkan karya terbaik kepada institusi ini demi masa depan pendidikan yang lebih cerah.
Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, Laporan PTK ini tentunya masih memiliki sisi- sisi yang perlu dibenahi, oleh sebab itu, penulis berbesar hati untuk menerima segala masukan ataupun kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi setiap individu dan dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa dan negara.
Makassar,    Desember 2016
Penulis

ABSTRAK
…….., 2016.  Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri ……………... Penelitian Tindakan Kelas


Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Pada semua jenjang pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan tersebut jelas termaktub dalam undang- undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana fungsi pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, maka tentunya pihak akademisi bertanggung jawab besar mengelola pendidikan ini dengan maksimal.  
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berdasar pada rumusan permasalahan: a) Bagaimanakah motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ……….., b) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V ………..
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: a) Untuk mengetahui  motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN …….., b) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ……….., c) Untuk menyempurnakan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa Kelas V SDN ………...
PTK ini dilaksanakan sebanyak dua siklus atau dua kali putaran. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: a) Perencanaan, b) Tindakan, c) Observasi, dan d) Refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V SDN ……….. Data diperoleh dari lembar tes hasil ulangan di akhir siklus dan , data kuesioner data observasi selama proses pembelajaran.
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dari pra siklus hingga siklus II. Prestasi belajar siswa juga meningkat dari pra siklus, siklus I hingga siklus II yang secara berurut yaitu: 7.75 >  8.36 > 8.9 untuk nilai rata- rata kelas dan 37.8% >  75.7% > 100 untuk ketuntasan belajar secara klasikal.
            Simpulan dari penelitian ini adalah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw berdampak positif bagi peningkatan motivasi dan prestasi belajar PAI Siswa Kelas V SDN ………………


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul………………………………………………………………   i
Halaman Pengesahan……………………………………………………….   ii
Kata Pengantar………………………………………………………………  iii
Abstrak………………………………………………………………………   iv
Daftar Isi…………………………………………………………………….   v
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah………………………………………..   1
B.       Rumusan Masalah………………………………………………  4
C.       Batasan Masalah………………………………………………..   4
D.       Tujuan Penelitian……………………………………………….  5
E.        Manfaat Penelitian………………………………………………  5
F.        Defenisi Operasional Variabel………………………………….   6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.       Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……………………….   8
B.       Motivasi Belajar…………………………………………………  11
C.       Prestasi Belajar………………………………………………….   12
D.       Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw………………...   15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.       Jenis Penelitian………………………………………………….  21
B.       Rancangan Penelitian…………………………………………..   22
C.       Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….  25
D.       Subyek Penelitian……………………………………………….  25
E.        Instrumen Penelitian……………………………………………  25
F.        Prosedur Penelitian……………………………………………..   26
G.       Analisis Data……………………………………………………   27
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil Kuantitatif Belajar Siswa…………………………………  30
B.       Hasil Analisis Kualitatif………………………………………..   41
C.       Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan………………………   42
D.       Pembahasan……………………………………………………..   43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.       Simpulan………………………………………………………..   46
B.       Saran…………………………………………………………….   47
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….   48
LAMPIRAN…………………………………………………………………   50







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
1400 tahun yang lalu, Allah rabbul ‘izzati mengutus seorang rasul yang mulia, Nabi Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi teladan yang baik bagi seluruh ummat manusia, menuntun kepada jalan iman dan takwa untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Menjadi hamba yang beriman dan bertakwa bukan sebuah pilihan melainkan sebuah kewajiban yang harus ditegakkan dalam diri setiap manusia. Bukan semata tugas ulama, atau sebatas tanggung jawab orang tua, akan tetapi menjadi tugas setiap elemen, tidak terkecuali elemen pendidikan formal, sebagai sentral pembinaan generasi ummat dan bangsa.
Pendidikan formal, dalam hal ini sekolah, menjadi sarana yang menjembatani kesuksesan setiap orang sehingga ia menjadi pusat perhatian dari semua kalangan. Sekolah tidak hanya dihuni oleh masyarakat berkelas atau khusus didermakan kepada rakyat menengah ke bawah. Sekolah tidak juga dibangun sebagai panti rehabilitasi bagi orang- orang bermasalah, atau disediakan hanya bagi mereka yang baik- baik saja. Sekolah adalah untuk semua, sebagai lembaga yang bertanggung jawab mencetak Sumber Daya Manusia berkualitas.
Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, pendidikan bangku sekolah memiliki beberapa jenjang, dimulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Jenjang Sekolah Dasar yang mana siswanya adalah mereka yang masih berada pada fase kanak- kanak, harus mendapatkan perhatian yang maksimal. Sekolah Dasar merupakan institusi pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun, pada dasarnya bertugas memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam berbagai keterampilan, sikap, dan nilai- nilai sebagai bekal hidup bermasyarakat dan bekal awal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat (1) menjelaskan sebagai berikut.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. (Republik Indonesia, 2005:14)
Salah satu mata pelajaran pokok yang diberikan kepada siswa pada jenjang Sekolah Dasar untuk mencapai tujuan dari standar kompetensi tersebut adalah Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (selanjutnya disingkat PAI).
Mata Pelajaran PAI harus diselenggarakan secara maksimal agar dapat membentuk pribadi  yang beriman dan berakhlak mulia. Seorang guru PAI harus berfikir dan bekerja keras untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, baik prestasi yang terukur secara lisan, tulisan, maupun amal perbuatan. Langkah awal untuk meningkatkan prestasi siswa adalah dengan menjadikan PAI sebagai mata pelajaran yang menyenangkan untuk dipelajari. Namun, terlihat di lapangan, siswa cenderung menjalani proses pembelajaran PAI dengan apa adanya, yang mana hal tersebut adalah imbas dari guru yang juga menjalankan perannya apa adanya. Kondisi tersebut pada akhirnya menjadikan tujuan dari pembelajaran PAI tidak tercapai, sehingga ditemukan siswa- siswa yang jauh dari nilai- nilai moral dan agama. 
Siswa tidak pernah dididik atau dibiasakan untuk kreatif dan inovatif serta berorientasi pada keinginan untuk tahu (curiousity atau hirs). Kurangnya perhatian terhadap aspek ini menyebabkan anak hanya dipaksa menghafal dan menerima apa yang dipaketkan guru. Anak tidak diberi ruang untuk berfikir dan berinovasi, apalagi sampai menemukan sesuatu yang baru (discovery). Padahal menurut teori belajar, seperti diungkapkan oleh Alfred N. Whitehead (1957), pendidikan yang baik adalah memberikan kesempatan dan pengalaman anak pada the joy of discovery (indahnya penemuan baru). Pengalaman ini baru dapat terlaksana jika pembelajaran yang berlangsung di kelas/ sekolah memberikan ruang bebas bagi setiap siswa untuk menciptakan curiousity (Qodry, 2003:12).
Berlatar pada kondisi pembelajaran PAI sebagaimana penulis gambarkan di atas, maka penulis memiliki dorongan yang kuat untuk mengangkat judul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas V Sekolah Dasar Negeri ……………………” dalam penelitian ini, yang diharapkan mampu menjadi salah satu referensi yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran PAI.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.    Bagaimanakah motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ……………..?
2.    Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ……………….?

C.      Batasan Masalah
1.    Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas V SDN ……………...
2.    Penelitian ini diselenggarakan pada Bulan September semester ganjil  tahun pelajaran………..
3.    Materi yang disampaikan dalam penelitian ini adalah hidup sederhana dan ikhlas


D.      Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui  motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ………….
2.    Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas V SDN ………………..
3.    Untuk menyempurnakan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa Kelas V SDN ……………..

E.       Manfaat Penelitian
Penyusunan karya tulis ilmiah sebagai hasil dari penelitian penulis ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.    Membuka mata guru terhadap kondisi penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang belum ideal untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri.
2.    Menambah referensi guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, baik pada jenjang sekolah dasar maupun pada jenjang sekolah lanjutan.
3.    Memotivasi guru Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan metode pembelajaran yang tepat agar dapat tercapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sendiri.
4.    Menambah referensi karya ilmiah metode pembelajaran yang tepat untuk  Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.

F.       Defenisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka diperlukan uraian defenisi operasional sebagai berikut:
1.    Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Ridho, (http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Tipepembelajaran, 2011) diakses pada 28 Oktober 2016)

2.    Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu prestasi dan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diterjemahkan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya); Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru; Prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (KBBI.Diakses pada 28 Oktober 2016).



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1.        Defenisi Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, defenisi pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI. http://kbbi.web.id/prestasi. Diakses pada 28 Oktober 2016.)
Pembelajaran terjadi setiap waktu. Oleh karena itu, defenisi pembelajaran yang dapat diterima secara umum adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman (Robbins dan Judge, 2008: 69).
Pembelajaran dikatakan telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dengan caranya berperilaku dari caranya berperilaku yang sebelumnya.
Dari defenisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran harus menghasilkan perubahan perilaku. Jika seorang individu tidak mengalami perubahan perilaku dalam proses pembelajarannya, maka proses pembelajaran tersebut tidak dapat dikatakan berjalan.
Terkait dengan dunia pendidikan formal, maka pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan efek perubahan perilaku terhadap siswa sehubungan dengan satu pokok pembelajaran atau bidang studi tertentu.

2.        Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membentuk siswa supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini et al, 198: 27)
Menurut Qodry, pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the process of training and developing the knowledge, skills, mind, character, etc., especially by formal schooling (proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pikiran, perilaku, dan lain- lain, terutama oleh sekolah formal) (Qodry, 2003: 18).
Selain itu, Qodry juga menjelaskan bahwa ada tiga hal penting yang akan ditransfer melalui pendidikan, yaitu nilai (values), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills) (Qodry,2003: 19).
Agama, dalam Kamus An English Reader’s Dictionary, A. S Homby dan Parnwell (1989) mengartikan religi sebagai berikut:
a.         Believe in God as creator and control of the universe (Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta)
b.        System of faith and worship based on such belief (Sistem iman dan penyembahan berdasarkan pada keyakinan tertentu)
Kata agama dalam al-Qur’an dan Bahasa Arab disebut din yang diulang sebanyak 92 kali. Din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, hukum dan norma yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Dari rumusan dan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian agama meliputi tiga sistem penting, yaitu:
a.         Suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan
b.        Suatu sistem penyembahan kepada Tuhan
c.         Suatu sistem yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (hubungan vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia (hubungan horisontal) (Wahyuddin et al, 2009: 12)
Islam, dari segi etimologi diambil dari Bahasa Arab aslama- yuslimu, yang berarti berserah diri, patuh, taat, dan tunduk. Pengertian ini menuntut pemeluknya untuk berserah diri, tunduk, patuh, dan taat kepada ajaran, tuntunan, dan petunjuk dan peraturan hukum Allah subhanahu wata’ala (Wahyuddin et al, 2009: 15)
Dalam Q.S. Ali Imran:83 dan Q.S. An Nisa: 125 Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya:
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Q.S. Ali Imran: 83)

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya (Q.S. An Nisa: 125) (Kementrian Agama RI, 2010)

Dua ayat di atas menerangkan bahwa agama mempunyai tujuan menjadikan pemeluknya sebagai insan yang taat, tunduk, dan patuh kepada Allah dengan ikhlas.
Ditinjau dari segi terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui RasulNya yang berisi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta (Wahyuddin et al, 2009: 16)  
B.       Motivasi Belajar
1.        Pengertian Motivasi
            Motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan atau daya gerak. Motivasi merupakan kondisi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiame dalam melakukan kegiatan- kegiatan tertentu (Astuti dan Resminingsih , 2010: 67).
            Motivasi sangat penting artinya dalam proses belajar siswa karena fungsinya mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Pada hakikatnya, motivasi diyakini sebagai penguat (reinforcement).
            Motivasi sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melalukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.         Jenis Motivasi
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.    Motivasi intrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik umumnya terkait dengan adanya bakat dan faktor intelegensi dari dalam diri siswa.
b.    Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan belajar untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain, seperti semangat, pujian dan nasehat guru ,orang tua, saudara dan orang yang dicintai (Hapsari, 2005: 74)

3.        Manfaat Motivasi
Terdapat beberapa manfaat dari adanya motivasi dalam diri seorang siswa, yaitu:
a.    Memberikan dorongan semangat kepada siswa atau mahasiswa untuk rajin belajar dan mengatasi kesulitan belajar.
b.    Mengarahkan kegiatan belajar siswa kepada suatu tujuan tertentu yang berkaitan dengan masa depan dan cita- cita.
c.    Membantu siswa untuk mencari suatu metode belajar yang tepat dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan. (Thursan Hakim, 2000: 27)

C.      Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya); Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru; Prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (KBBI. http://kbbi.web.id/prestasi. Diakses pada 28 Oktober 2016).
Pengertian prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, prestasi dan belajar, keduanya mempunyai arti yang berbeda, adapun untuk lebih jelasnya pengertian prestasi belajar akan diuraikan terlebih dahulu.
Menurut Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok (Djamarah, 1994: 19)
Menurut pusat dan pengembangan bahasa, defenisi prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang dilakukan, dikerjakan) (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: 700)
Menurut Abu Ahmadi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya (Ahmadi dan Supriyanto, 1991: 121)
            Adapun pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tugas atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 895)
Dari beberapa definisi prestasi dalam kaitannya dengan belajar, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil akhir yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar.
Prestasi belajar dapat dilihat dari perkembangan beberapa aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotorik (keterampilan).
Aspek kognitif penekanannya pada segi keintelektualannya, artinya dengan kemampuan ini, maka sssiswa diharapkan dapat melakukan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan disiplin atau bidang ilmu yang dipelajarinya. Kecakapan pengetahuan, kecakapan pemahaman, kecakapan penerapan, kecakapan penguraian, kecakapan pemanduan, dan kecakapan evaluasi, merupakan jenis- jenis kecakapan dari aspek kognitif ini.
Aspek kognitif adalah aspek yang mengharapkan agar siswa akan lebih peka terhadap nilai dan etika yang berlaku dalam bidang ilmunya. Sehingga siswa tidak hanya akan menerima dan memperhatikan sesuatu nilai saja, melainkan juga akan mampu menanggapi serta meningkatkan diri pada nilai itu. Dalam aspek ini, terdapat beberapa jenis kecakapan, yaitu: Kecakapan menerima rangsangan (Receiving) yaitu kesediaan untuk memperhatikan; Kecakapan merespon rangsangan (Responding) yaitu aktif berpartisipasi; Kecakapan menilai sesuatu (Valuing) yaitu penghargaan terhadap benda, gejala, perbuatan tertentu; Kemampuan mengorganisasikan nilai-nilai (Organizating) yaitu memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan dan membentuk sistem nilai yang bersifat konsisten internal; Kecakapan menginternalisasikan nilai-nilai atau penilaian (Characterization by a value complex) yaitu mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan life skill yang mantap.
Aspek selanjutnya adalah aspek psikomotorik, yaitu kemampuan yang menyangkut kegiatan otot atau fisik. Jadi tekanannya pada kemampuan yang koordinasi dengan syarat otot, menyangkut penguasaan tubuh, gerak. Biasanya juga aspek ini terjadi peniruan tingkah laku, yang pada akhirnya menjadi sebuah tingkah laku, yang nantinya menjadi sebuah sikap otomatis.

D.      Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1.        Metode Pembelajaran
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2002: 19).
Sudjana (1988) menjelaskan bahwa  strategi mengajar/pengajaran adalah taktik  yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar  (pengajaran) agar dapat mempengaruhi  para siswa untuk dapat mencapai tujuan pengajaran  secara lebih efektif dan efisien.
Dari defenisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau sistem yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang mana melalui metode tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Hendaknya guru melibatkan siswa dalam setiap kegiatan yang dilakukannya, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan berbuat, serta mendorong mereka untuk dapat mandiri dalam segala hal yang dapat dilakukan di dalam belajar dan meneliti (Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2002: 89).
Dalam proses pembelajaran, guru tidak seharusnya menjadi pusat aktivitas. Pemusatan aktivitas pada guru ini dikenal dengan TCL (Teacher Centered Learning) dimana guru lebih banyak beraktivitas dalam kelas dibandingkan siswa. Siswa menjadi pasif menerima sajian materi dari guru. Penerapan metode TCL ini bukan berarti tidak tepat, hanya saja jika dilakukan terus menerus selama proses pembelajaran, hal tersebut akan berdampak pada kurangnya kreativitas siswa. Perlu diimbangi dengan SCL (Students Centered Learning) bahkan sebaiknya lebih dominan dimana aktivitas pembelajaran terdapat pada siswa, adapun guru sebatas mengamati, membantu, dan mengevaluasi.
2.        Metode Pembelajaran Kooperatif
Yang diperkenalkan dalam metode cooperative learning, bukan sekedar pada kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi sistem pembelajaran cooperative learning dapat didefenisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.
Dalam metode cooperative learning, siswa diarahkan untuk dapat bekerja, mengembangkan diri dan bertanggungjawab secara individu (Anita, 2008:23).
3.        Pembelajaran Tipe Jigsaw
a.         Defenisi Pembelajaran Tipe Jigsaw
Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Tujuannya tidak lain adalah mencapai prestasi yang maksimal, baik secara individu maupun kelompok.
b.        Langkah Penerapan Pembelajaran Tipe Jigsaw
Langkah awal yang harus dilakukan dalam pembelajaran dalam menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw adalah membentuk kelompok- kelompok yang heterogen, misalnya kelompok 1,2,3,4 dan seterusnya. Dari masing- masing kelompok itu, ditunjuk masing- masing menjadi ahli tentang X,Y,Z, dan U. Siswa dari berbagai kelompok 1,2,3, dan 4 ditunjuk seolah olah seorang ahli pada topik tertentu. Selanjutnya semua kelompok ahli berkumpul dan belajar bersama. Setelah itu masing- masing anggota ahli kembali ke kelompoknya masing- masing (Suyanto dan  Jihad, 2013:147).
Dari dua kutipan tentang langkah-langkah penerapan tipe jigsaw dalam pembelajaran dapatlah disimpulkan bahwa tipe jigsaw dilaksanakan dengan suatu urutan langkah-langkah khusus. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)        Materi pelajaran dibagi ke dalam beberapa bagian. Sebagai contoh suatu materi dibagi menjadi 4 bagian.
2)        Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Banyak kelompok adalah hasil bagi jumlah siswa dengan banyak bagian materi. Misalnya dalam kelas ada 20 siswa,  maka banyak kelompok adalah 5, karena materinya 4 bagian. Selanjutnya kepada setiap anggota dalam satu kelompok diberikan satu bagian materi.
3)        Anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan materi yang sama membentuk kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli (expert group). Banyaknya kelompok ahli ini sama dengan banyaknya bagian materi. Pada kelompok ahli inilah siswa melakukan diskusi untuk membahas materi yang menjadi tanggung jawabnya.
4)   Setelah materi didiskusikan dan dibahas pada kelompok ahli, masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya (home teams) untuk mengajarkan kepada anggota kawan-kawannya. Karena ada 4 bagian materi, maka ada 4 orang yang mengajar secara bergantian.
5)   Guru melakukan evaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
6)   Penutup, yaitu menutup pelajaran sebagaimana biasanya.
Bila langkah-langkah di atas dihubungkan dengan penggunaan indera dan ingatan siswa, maka tidak dapat diragukan bahwa tipe jigsaw dapat meningkatkan dan memaksimalkan ingatan siswa. Hal ini disebabkan dalam serangkaian langkah-langkah pelaksanaannya, tipe jigsaw menuntut siswa untuk aktif. Sangat banyak indera yang dilibatkan dalam belajar, yaitu mulai dari membaca dan menelaah materi, mendengar pendapat teman, menyanggah pendapat, mempertahankan pendapat dan mengajarkan kawan serta dievaluasi secara individual oleh guru.
c.    Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1)   Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2)   Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3)   Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
4)   Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, menerapkan bimbingan sesama teman, rasa harga diri siswa yang lebih tinggi dan memperbaiki kehadiran.
5)   Pemahaman materi lebih mendalam, meningkatkan motivasi belajar.
6)   Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
7)   Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain.
8)   Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
Disamping kelebihan yang dimilikinya, dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan dan kelemahannya yaitu :
1)   Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2)   Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3)   Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4) Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang  menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
5)   Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
6)  Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan. 
Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mengatasi kelemahan dari tipe pembelajaran ini,  guru dapat membimbing siswa yang kurang aktif agar lebih aktif dalam berbicara.
Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru mempunyai sasaran tertentu yang ingin dicapai. Untuk tercapainya tujuan-tujuan itu diperlukan cara-cara dalam menyampaikan bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Cara guru menyampaikan bahan itulah yang disebut dengan menggunakan tipe pembelajaran. (Mukhlis. http://tipepembelajaranmukhlis.blogspot.co.id/2015/09/ pengertian-langkah-langkah-kelebihan. Diakses pada 28 Oktober 2016).



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reserach). Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan sebuah pendekatan yang sangat tepat diterapkan, hanya saja belum banyak peneliti atau penulis yang menggunakan ini. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah perpaduan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Alur Penelitian Tindakan Kelas ini berupa siklus yang mana tiap siklus mencakup perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. PTK ini dinamakan tipe siklus karena tipe ini lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan penulis dalam setiap kali putaran ( Sanjaya, 2010: 54)
Tipe Penelitian Tindakan Kelas yang baik adalah tipe yang dapat membantu pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses penelitian, baik secara mendasar maupun menyeluruh. Ada beberapa tipe- tipe Penelitian Tindakan Kelas, yaitu Tipe Kurt Lewin, Tipe Kemmis dan McTaggart, Tipe John Elliot, Tipe Dave Ebbut, dan Tipe Hopkins. Tipe yang paling sederhana adalah Tipe Kurt Lewin, yaitu dalam satu siklus, terdiri atas empat langkah, dimana penelitian tindakan terjadi proses yang dalam suatu lingkaran terus menerus meliputi hal berikut:
1.         Perencanaan (planning) adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.
2.         Aksi atau tindakan (implementing) adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3.         Observasi (observing) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.
4.         Refleksi (reflecting) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru (Fitrianti, 2016 :21).

B.       Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui empat tahapan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi seperti seperti telah dijabarkan di atas. Empat tahapan utama tersebut yang saling berkaitan sering disebut dengan istilah siklus. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset- aksi- riset- aksi” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian non PTK hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam Penelitian Tindakan Kelas hasil yang belum baik harus diulang kembali dan perencanaan diulang kembali jika pada siklus sebelumnya belum memperlihatkan hasil dari tujuan yang akan dicapai (Fitrianti, 2016: 29).
Siklus akan terus diulang hingga target yang ingin dicapai terpenuhi. Tipe Penelitian Tindakan Kelas  yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tipe Penelitian Kurt Lewin. Adapun langkah- langkah penerapannya dapat dilihat pada gambar berikut:
Perencanaan


Refleksi
 

Aksi
 


Observasi
 
Gambar 1. PTK Tipe Kurt Lewis
Gambar di atas menerangkan sebuah siklus yang mana dalam siklus tersebut terdapat empat tahapan kegiatan yang secara berurut dimulai dari tahap perencanaan, kemudian tahap aksi atau tindakan, kemudian tahap observasi, dan terakhir tahap refleksi. Berikut penjelasan singkat mengenai tahapan- tahapan kegiatan dalam sebuah siklus:
1.    Perencanaan, sebagai langkah awal penelitian agar proses penelitian berjalan maksimal, diperlukan membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu. Adapun hal- hal yang dipersiapkan pada tahap perencanaan adalah rumusan masalah yang ingin dipecahkan, target yang ingin dicapai, dan instrumen yang digunakan selama proses penelitian berlangsung.
2.    Tindakan, merupakan inti dari penelitian dimana peneliti menjalankan proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam tahapan tindakan ini peneliti berupaya maksimal untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya.
3.    Observasi, merupakan tahapan yang sangat penting dalam Penelitian Tindakan Kelas. Observasi ini penting agar peneliti dapat menyimak dan mengevaluasi jalannya penelitian. Dalam tahap observasi ini, peneliti dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dikenal dengan istilah observasi partisipan dan dapat pula hanya mengamati dari luar kegiatan atau dikenal dengan istilah observasi non partisipan.
4.    Refleksi, merupakan tahap akhir dari siklus, yaitu mengkaji hasil pengamatan dan mengevaluasi hal- hal yang perlu dibenahi atau dikembangkan pada pelaksanaan siklus berikutnya jika diperlukan.
Langkah- langkah seperti gambar di atas dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus yang akhirnya menjadi kumpulan beberapa siklus seperti gambar berikut:

Perencanaan
 

Perencanaan
 

Perencanaan
 

Aksi
 

Aksi
 

Aksi
 

Observasi
 

Observasi
 

Observasi
 
Gambar 2. Bentuk Spiral, terdiri dari beberapa siklus
            Gambar di atas adalah gambaran pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas apabila dilaksanakan dalam beberapa siklus.
C.      Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan di SDN ………………….

2.    Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah durasi yang digunakan selama penelitian berlangsung. Waktu penelitian berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran …………………………………...

D.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN ……………….yang terdiri atas …..orang siswa dengan ………. orang siswa laki- laki dan ………. orang siswa perempuan dengan pokok bahasan hidup sederhana dan ikhklas.

E.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 148). Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang berkaitan dengan judul penelitian dengan menggunakan instrumen atau alat penelitian berupa tes, pedoman kuesioner, dan  pedoman observasi.
Mulyasa memberi pengertian bahwa pedoman observasi adalah instrumen untuk mengadakan pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas (Mulyasa, 2009: 69). Pedoman ini dilaksanakan selama proses penelitian berlangsung. Penulis menggunakan observasi non partisipan, yaitu tidak ikut terlibat dalam aktivitas penerapan tipe pembelajaran ini, melainkan hanya mengarahkan, mengamati dan mengevaluasi.

F.       Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
1.        Tahap Persiapan
Dalam rangka upaya pencapaian tujuan penelitian, maka diperlukan memaksimalkan tahap persiapan sebagai langkah awal sebuah penelitian. Agar penelitian dapat berjalan dengan lancar maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, di antaranmya adalah: (a) Kajian pustaka sesuai dengan tema penelitian sebagai teori- teori pendukung; (b) Menyusun rancangan penelitian dengan matang; (c) Orientasi lapangan untuk lebih mengenali medan dan memudahkan peneliti mengadaptasikan diri; (d) Menyusun instrumen penelitian sebagai alat yang digunakan selama penelitian berlangsung; (e) Memanahi teknik- teknik pengolahan data hasil penelitian untuk dapat dibuatkan sebuah kesimpulan. 
2.    Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap inti yang mana di dalamnya meliputi beberapa aktivitas seperti: (a) Penerapan metode pembelajaran; (b) Pengumpulan data dari hasil observasi dan pemberian soal; (c) Mengevaluasi jalannya penelitian untuk dapat melakukan pembenahan; (d) Merefleksi atau mengkaji hasil penelitian untuk dapat merevisi hal- hal yang dianggap perlu untuk diterapkan pada pelaksanaan siklus berikutnya.
3.    Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi beberapa hal yaitu: (a) Menyusun draf laporan penelitian; (b) Mengkonsultasikan draf laporan penelitian; (c) Merevisi draf laporan penelitian; (d) Menyusun laporan penelitian; (e) Menggandakan laporan penelitian untuk kemudian dipergunakan sebagaimana mestinya.

G.      Analisis Data
Analisis data adalah suatu fase penelitian yang sangat penting karena melalui analisis data inilah peneliti dapat memperoleh wujud dari penelitian yang dilakukannya. Analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian- bagian sehingga susunan atau tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa lebih terang ditangkap maknanya (Satori, 2010: 97).
Setelah mendapatkan data- data dari sumber data dalam penelitian ini, maka selanjutnya data-data tersebut dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisa kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:
1.    Menilai rata- rata hasil tes

X = ΣX
      ΣN

 
Pada penilaian rata- rata hasil tes siswa, peneliti menjumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang berpartisipasi dalam penelitian. Menghitung nilai rata- rata kelas dapat dilihat pada rumus berikut:

 

Dengan:    X         = Nilai rata- rata
                        ΣX       = Total jumlah nilai siswa
                        ΣN       = Jumlah siswa
2.    Menilai ketuntasan belajar
              Dalam menilai ketuntasan belajar siswa, terdapat dua penilaian, yaitu penilaian secara individual dan penilaian secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar di SDN Tanggul Patompo 1 Makassar untuk siswa pada bangku kelas lima, dikatakan siswa telah tuntas belajar jika telah mencapai skor 80% atau angka 8. Adapun kelas dikatakan tuntas apabila 85% dari siswa yang mengikuti pembelajaran mencapai nilai ketuntasan belajar. Berikut rumus menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.
 


3.         Menilai prestasi belajar
Kriteria yang digunakan untuk mengukur hasil belajar murid adalah kriteria penilaian standar yang diungkapkan Arikunto dalam Yaumi (201: 162)

ANGKA 100
ANGKA 10
KETERANGAN
0-54
0-5.4
Sangat Rendah
55-64
5.5-6.4
Rendah
65-79
6.5-7.9
Sedang
80-89
8.0-8.9
Tinggi
90-100
9.0-10
Sangat Tinggi
Tabel 1. Acuan Kriteria Penilaian





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan penelitian tentang prestasi belajar siswa melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan di SDN Tanggul Patompo 1 Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, adapun yang dianalisis adalah hasil tes awal, tes akhir siklus I dan tes akhir Siklus II.
A.      Hasil Kuantitatif Belajar Siswa
1.    Analisis deskriptif prestasi belajar sebelum menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw
            Berdasarkan analisis deskriptif tes awal, prestasi belajar siswa sebelum menggunakan Metode  Pembelajaran Tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel berikut:
Statistik
Nilai Statistik
Subjek
Skor ideal
Skor maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor rata-rata
37
10
9
6
3
7.57
Tabel 2. Statistik Skor Penguasaan Siswa Sebelum Menggunakan Metode   Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw.
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa skor rata- rata prestasi belajar PAI sebelum menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah 7.57 dari skor ideal 10. Banyaknya siswa yang tuntas sebanyak 14 orang atau hanya 37.8% dari keseluruhan jumlah siswa, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 23 orang atau 62.2 % dari keseluruhan jumlah siswa.  Skor maksimal yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 9 dan skor minimum yang diperoleh siswa adalah 6.
            Apabila kemampuan siswa menyelesaikan soal- soal pada tes awal dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada tes awal dapat dilihat pada tabel berikut.
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
0<x < 7.9
8<x<10
23
14
62.2%
37.8%
Tidak tuntas
Tuntas
Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siswa pada Tes Awal sebelum Menerapkan Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw
            Dari tabel di atas  menunjukkan bahwa pada tes awal persentase ketuntasan siswa sebesar 37,8% yaitu 14 dari 37 siswa termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan 62,2 % yaitu 23 dari 37 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas.
Berdasarkan kriteria penilaian standar  yang digunakan untuk mengukur hasil belajar murid, maka dapat dilihat prestasi belajar murid sebagaimana tergambar dalam tabel berikut.

ANGKA 100
ANGKA 10
KETERANGAN
0-54
0-5.4
Sangat Rendah
55-64
5.5-6.4
Rendah
65-79
6.5-7.9
Sedang
80-89
8.0-8.9
Tinggi
90-100
9.0-10
Sangat Tinggi
 Tabel 4. Acuan Kriteria Penilaian

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil pre test, kategori prestasi belajar PAI siswa adalah tidak ada siswa dalam kategori sangat rendah,5 siswa dalam kategori rendah, 18 siswa dalam kategori sedang, 13 siswa dalam kategori tinggi, dan hanya 1 siswa yang mencapai kategori sangat tinggi.
2.   Analisis deskriptif hasil tes akhir siklus I
a.         Perencanaan Tindakan
            Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mempersiapkan seluruh kebutuhan yang terkait dengan penelitian terlebih dahulu, yaitu: bahan pretest dan postest, RPP, lembar observasi dan alat pendukung lainnya. Pada siklus ini, penulis merancang tiga kali pertemuan.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
 Pada pertemuan pertama, siswa mulai diberikan bahan ajar dengan pokok bahasan hidup sederhana dan ikhlas dengan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Pertemuan II
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua siswa diberikan materi pelajaran pokok bahasan hidup sederhana dan ikhlas dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
Pertemuan III
Tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya, siswa diberikan materi dengan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan latihan menjawab soal sebagai evaluasi siklus I.
c.         Observasi
Berdasarkan pada observasi yang dibuat oleh penulis, data yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1)   Pada siklus pertama, khususnya pada pertemuan pertama siswa telah menunjukkan ketertarikan mereka pada tipe pembelajaran ini. Meskipun dalam pelaksanaannya masih belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan tutorialnya dikarenakan siswa masih membutuhkan adaptasi dengan tipe pembelajaran ini, namun telah terlihat adanya perbedaan aktivitas siswa selama pembelajaran jika dibandingkan dengan proses pembelajaran yang selama ini diselenggarakan.
Adapun mengenai sikap mereka dengan pembelajaran PAI, siswa beranggapan bahwa mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran yang tidak menarik bahkan cenderung membosankan. 
2)   Pada pertemuan kedua siklus I, siswa mulai lebih memahami tutorial pelaksanaan dan merasakan atmosfir positif selama proses pembelajaran. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini berjalan lebih efektif dari sebelumnya. Namun demikian, keefektifan ini belum dirasakan oleh seluruh siswa di kelas tersebut. Masih separuh dari siswa yang nampak menikmatinya, sedangkan separuh lainnya yang memiliki kemampuan analisis kurang, masih nampak pasif. Kondisi ini mengharuskan penulis melakukan pendampingan lebih kepada siswa, menyimak lebih dekat dan melakukan pendekatan persuasif, terutama terhadap siswa yang masih pasif tersebut.
3)   Pada pertemuan ketiga siklus I, penulis mengamati bahwa siswa sudah mulai terbiasa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan mulai nampak keaktifan siswa dalam menjalani proses pembelajaran secara keseluruhan.
d.        Refleksi dan Evaluasi
            Dari pemberian tindakan pada siklus 1, penulis menarik kesimpulan bahwa untuk lebih meningkatkan gairah belajar siswa maka tindakan penelitian ini                                                                                                                                               perlu dilanjutkan ke siklus  II agar siswa dapat benar- benar beradaptasi dengan strategi belajar yang diberikan dengan demikian secara otomatis prestasi belajar PAI mereka dapat meningkat.
            Pada siklus ini dilaksanakan tes prestasi belajar yang berbentuk ulangan harian. Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa setelah Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw selama siklus I dapat dilihat pada tabel  berikut:
Satistik
Nilai statistik
Subjek
Skor Ideal
Skor Maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor Rata- Rata
37
10
9.5
7
2.5
8,36
Tabel 5. Statistik Skor Penguasaan Siswa pada Tes Siklus I
            Pada tabel di atas menunjukkan bahwa skor rata- rata prestasi belajar PAI setelah diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw pada siklus I adalah 8.36 dari skor ideal 100. Skor rata- rata yang diperoleh siswa pada tes siklus I sudah mengalami peningkatan dimana skor rata- rata meningkat dari 7.57 pada tes awal menjadi 8.36 pada siklus I
            Apabila kemampuan siswa menyelesaikan soal- soal pada tes siklus I dianalisis maka persentase ketuntasan belajar siswa pada tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Skor
Frekuensi
Persen
Kategori
0< x < 7.9
8<x < 10
9
28
24.3%
75.7%
Tidak tuntas
Tuntas
Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa ada Tes Siklus I
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tes siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 75.7 % yaitu 28 dari 37 siswa termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan 24.3 % yaitu 9 dari 37 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas, artinya dari 37 siswa terdapat sebagian kecil yang belum tuntas dan memerlukan perbaikan pada siklus II.
Berdasarkan kriteria penilaian standar  yang digunakan untuk mengukur hasil belajar murid, maka dapat dilihat prestasi belajar murid sebagaimana tergambar dalam tabel berikut.

ANGKA 100
ANGKA 10
KETERANGAN
0-54
0-5.4
Sangat Rendah
55-64
5.5-6.4
Rendah
65-79
6.5-7.9
Sedang
80-89
8.0-8.9
Tinggi
90-100
9.0-10
Sangat Tinggi
 Tabel 7. Acuan Kriteria Penilaian

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil tes pada siklus I, kategori prestasi belajar PAI siswa adalah tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah dan kategori rendah, 9 siswa dalam kategori sedang, 18 siswa dalam kategori tinggi, dan 10 orang siswa yang mencapai kategori sangat tinggi.
3.   Analisis deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II
a.         Perencanaan Tindakan
            Perencanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya saja perencanaannya lebih matang dan lebih divariasikan dalam penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari siklus sebelumnya.
b.        Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya, hanya saja siswa lebih diarahkan untuk memaksimalkan aktivitas dengan mengontrol keaktifan seluruh siswa dalam diskusi. Penulis meminimalisir adanya siswa yang pasif dengan cara mendampingi. Pada sisklus kedua ini, bahasan materi lebih diperluas dengan memberikan siswa essai mengenai hidup sederhana dan ikhlas dalam lingkup keluarga  untuk dibuat kesimpulannya.
Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua guru mengubah anggota kelompok dengan anggota kelompok yang lain. Tujuannya adalah agar siswa dapat lebih mengakrabkan diri dengan siswa lain dan merasakan nuansa yang baru dari sebelumnya. Bahasan materi yang diberikan adalah tetap pada pokok bahasan hidup sederhana dan ikhlas dalam lingkup sekolah.
Pertemuan ketiga
Pertemuan ketiga adalah pertemuan akhir siswa diberikan tindakan dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Pada pertemuan ini bahasan materi lebih diperluas yaitu mengenai hidup sederhana dan ikhlas dalam lingkup masyarakat. Yang penting penulis pesankan kepada siswa bahwa pada dasarnya seluruh pelajaran adalah menyenangkan selama siswa bersungguh- sungguh menjalaninya dengan metode yang tepat dari guru.
Pertemuan keempat atau post test
Pertemuan keempat merupakan pertemuan akhir dalam penelitian ini yang mana penulis memberikan test akhir untuk mengevaluasi peningkatan prestasi belajar mereka setelah diberikan materi pelajaran PAI dengan pokok bahasan hidup sederhana dan ikhlas dengan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
c.         Observasi
            Berdasarkan pada observasi yang penulis buat pada siklus kedua, maka data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1)   Pada pertemuan pertama, siswa nampak antusias menjalani proses pembelajaran dari sebelumnya dan mereka nampak sudah terbiasa dengan pendekatan yang diterapkan. Semakin nampak oleh penulis bahwa siswa menyenangi tipe pembelajaran ini. Hal tersebut nampak dari bagaimana siswa cepat respon jika penulis mencoba memberikan pertanyaan di sela- sela pelajaran berlangsung.
2)   Pada pertemuan kedua dan ketiga, terlihat siswa semakin akrab dengan pendekatan ini karena mereka senang dengan mobilisasi aktivitas pembelajaran sehingga kemungkinan untuk bosan dan mengantuk sangat kecil. Nampak dominasi kelas berkurang, yang semula pasif dan kurang memahami pelajaran menjadi lebih aktif dan lebih menguasai pelajaran. Keakraban dan antusiasme belajar juga terlihat sebagai efek dari rasa percaya diri setelah mengulang- ulang pembahasan dan membaginya dengan siswa lain dengan cara yang tidak membosankan. Suasana kelas menjadi lebih gaduh dikarenakan aktivitas diskusi siswa yang semakin hidup.
d.        Refleksi dan Evaluasi
            Refleksi dalam tindakan ini adalah peneliti melihat bahwa pada siklus kedua, peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI meningkat dan menunjukkan hasil yang maksimal, baik dari segi nilai rata-rata maupun dalam pencapaian nilai ketuntasan minimal. Demikian pula halnya dengan data kualitatif siswa mengalami banyak perkembangan positif.
            Pada siklus ini diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan menetapkan dan membenahi kekurangan yang terjadi pada siklus I dan dapat dilihat pada tabel berikut.


Statistik
Nilai Statistik
Subjek
Skor Ideal
Skor Maksimum
Skor Minimum
Rentang Skor
Skor Rata- Rata
37
10
9.5
8
1.5
8.9
Tabel 8. Data  Statistik Skor Penguasaan Siswa pada Tes Siklus II  
Tabel 8 menunjukkan bahwa skor rata- rata prestasi belajar PAI setelah diterapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siklus II adalah 8.9 dari skor ideal 10.
            Apabila kemampuan siswa menyelesaikan soal- soal pada tes siklus II dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa pada tes siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
0< x 7.9
8.0 < x < 10
0
37
0
100
Tidak Tuntas
Tuntas
Tabel 9. Tabel distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa pada tes siklus II
            Dari tabel distribusi di atas, dapat dilihat bahwa banyaknya siswa yang tuntas adalah 37 siswa, dengan persentase 100 %. Dari tes siklus I ke tes siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 28 siswa yang tuntas pada tes siklus I meningkat pada tes siklus II menjadi 37 siswa. Siswa yang sebelumnya tidak tuntas sejumlah 9 orang, pada tes akhir siklus II menjadi tuntas. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seluruh siswa Kelas V SDN …………….. mencapai nilai standar KKM setelah diterapkannya Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw siklus II.
Berdasarkan kriteria penilaian standar  yang digunakan untuk mengukur hasil belajar murid, maka dapat dilihat prestasi belajar murid sebagaimana tergambar dalam tabel berikut.
SKOR
FREKUENSI
KETERANGAN
0-5.4
0
Sangat Rendah
5.5-6.4
0
Rendah
6.5-7.9
0
Sedang
8.0-8.9
14
Tinggi
9.0-10
23
Sangat Tinggi
Tabel 10. Acuan Kriteria Penilaian
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil tes pada siklus II, kategori prestasi belajar PAI siswa adalah 0 siswa dalam kategori sangat rendah, 0 siswa dalam kategori rendah, 0 siswa dalam kategori sedang, 14 siswa dalam kategori tinggi, dan 23 orang siswa yang mencapai kategori sangat tinggi.

B.       Hasil Analisis Kualitatif
            Hasil data kuantitatif tidak menjadi satu- satunya tolok ukur keberhasilan sebuah penelitian, akan tetapi perlu juga untuk memperhatikan bagaimana hasil analisis kualitatifnya selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan metode pembelajaran yang dipilih.
            Berikut ini adalah data perubahan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
1.    Kehadiran siswa dari pertemuan pertama hingga akhir sangat maksimal yaitu 100%.
2.    Siswa yang memperhatikan penjelasan pada saat proses pembelajaran meningkat dari 48.7% pada pra siklus menjadi 70.2% pada siklus I dan kemudian meningkat lagi menjadi 100% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan metode diskusi yang variatif dari sekedar diskusi pada umumnya.
3.    Siswa yang meninggalkan aktifitas negatif selama proses pembelajaran meningkat dari 50% pada siklus I menjadi 97.2% pada siklus II. Hal ini disebabkan karena perhatian mereka teralih dari kebiasaan bermain dan bercerita ke aktivitas pembelajaran.
4.    Siswa yang aktif dalam mengerjakan tugas pada saat pemberian tugas meningkat dari 62.16% pada siklus I menjadi 100% di siklus II. Hal ini membuktikan bahwa motivasi dan perhatian siswa semakin meningkat dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini.
5.    Siswa yang mampu menjawab atau mengerjakan soal mengalami peningkatan dari 54.05% siklus I menjadi 100% di siklus II.
6.    Siswa yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal latihan mengalami penurunan yang signifikan dari 45.94% pada siklus I menjadi 94.59% pada siklus II.

C.      Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan
1.    Pada awal penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ini, siswa masih kurang beradaptasi sehingga aktivitas pembelajaran masih pasif. Kondisi tersebut menjadi PR peneliti untuk membiasakan siswa dengan metode tersebut. Pada pertemuan ketiga, siswa telah menikmati metode ini yang nampak dari keaktifan mereka selama kelas pembelajaran berlangsung. Peneliti mengkaji hal- hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat berhasilnya metode ini yang kemudian menjadi acuan peneliti pada pertemuan berikutnya. Perlahan tapi pasti, pandangan siswa terhadap mata pelajaran PAI yang semula dianggap membosankan berubah menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.
2.     Pandangan siswa terhadap penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sangat positif. Siswa menilainya sebagai sebuah metode yang menyenangkan dibandingkan mereka hanya duduk diam mendengarkan sebagaimana model pembelajaran yang diterapkan sebelumnya.

D.      Pembahasan
1.    Motivasi Belajar Siswa dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Setelah melaksanakan proses Penelitian Tindakan Kelas selama dua bulan dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, penulis menemukan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari sebelum dan setelah metode pembelajaran ini diterapkan.
            Indikasi dari meningkatnya motivasi belajar PAI siswa adalah adanya peningkatan partisipasi aktif, peningkatan penyelesaian soal- soal yang diberikan, penurunan aktivitas negatif, dan keakraban yang semakin terjalin antar siswa. 
Siswa mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam menjawab soal secara tertulis maupun dengan mempresentasikannya di depan kelas. Hal tersebut dikarenakan siswa dapat memahami materi dengan jelas setelah mengikuti jalannya proses pembelajaran yang mana dalam aktivitasnya, siswa secara tidak langsung mengulang- ulang materi dan melibatkan beberapa panca inderanya.
2.    Prestasi Belajar Siswa dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif ini memiliki dampak positif yang sangat signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pada indikator keberhasilan, siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh skor minimal 8 dari skor ideal dan tuntas belajar secara klasikal apabila 85% dari keseluruhan jumlah siswa mencapai nilai ketuntasan belajar. Dengan melihat persentase ketuntasan belajar maka jelas terlihat bahwa siswa Kelas V SDN ……………………….mencapai tuntas baik secara individual maupun secara klasikal.
Persentase peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut:
a.         Berdasarkan nilai rata-rata kelas siswa, secara berurut dari pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 7.75 >  8.36 > 8.9.
b.        Berdasarkan nilai ketuntasan belajar, secara berurut dari pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 37.8% >  75.7% > 100%.
c.         Berdasarkan kategori prestasi belajar siswa, secara berurut, jumlah siswa dari kategori rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi adalah 5, 18, 13, dan 1 orang siswa pada pra siklus. Kemudian 0, 9, 18, dan 10 orang siswa pada siklus I. Kemudian pada siklus II, sudah tidak ada lagi siswa yang berada pada kategori rendah dan sedang. Kategori yang terisi hanya pada kategori tinggi sebanyak 14 orang siswa dan kategori sangat tinggi sebanyak 23 orang siswa.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.                Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah diterangkan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang mewakili isi pembahasan secara keseluruhan sekaligus menjawab rumusan permasalahan yang telah disebutkan. Adapun kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.    Metode Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw memiliki dampak positif yang signifkan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar PAI siswa yang ditandai dengan keaktifan siswa dalam mengikuti setiap alur penerapan metode pembelajaran ini.
2.    Metode Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw memiliki dampak positif yang signifkan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PAI siswa yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata- rata kelas siswa, meningkatnya kategori prestasi belajar siswa, dan tercapainya nilai ketuntasan minimal baik secara individual maupun secara klasikal.
3.    Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif  Tipe Jigsaw memberi dampak positif bagi siswa dalam aspek attitude dalam pembelajaran. Siswa lebih disiplin, tenang, dan tidak bermain sebagaimana sebelumnya.

B.       Saran
Sebagai penulis yang telah melakukan penelitian mengenai Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, terdapat beberapa saran yang penulis ingin sampaikan terkait hal tersebut sebagai upaya peningkatan kualitas siswa. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Pelaksanaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw membutuhkan durasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan beberapa tipe pembelajaran lainnya. Olehnya itu, guru harus mempersiapkan waktu dengan baik agar waktu dapat dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2.    Dalam penerapan suatu metode, secara khusus Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, guru perlu melakukan arahan dan pendampingan yang maksimal terhadap siswa agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Terkait dengan metode ini, terdapat beberapa langkah yang sifatnya mobile, jika guru tidak mengarahkan dengan baik, maka pembelajaran tidak dapat berjalan sesuai prosedur.
3.    Untuk memperkaya pengetahuan mengenai penerapan metode ini, peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan inovasi yang variatif dari yang penulis lakukan agar metode ini menjadi semakin menyenangkan dan memberi hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyanto. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka cipta.

Astuti, Endang Sri dan Resminingsih. 2010. Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta: PT Grasindo.
Azizy, Qodry. 2003. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat. Semarang: Aneka Ilmu.
Departemen Agama RI. 2001. Metodologi Pendidikan Agam Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Djamarah. 1994.  Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Fitrianti. 2016. Sukses Profesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Deeppublish.

KBBI. Defenisi prestasi belajar. http://kbbi.web.id/prestasi. Diakses pada 28 Oktober 2016

Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif, Panduan Menemukan Teknik Belajar. Jakarta: Puspa Swara.

Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: PT Grasindo.

Kementrian Agama RI. 2010. Syamil al Qur’an Terjemah Tafsir Perkata. Jakarta: Sigma Examedia Arkanleema.

Liem, Anita. 2008.  Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Mukhlis. 2015. Kumpulan Model- Model Pembelajaran Kooperatif. http://modelpembelajaranmukhlis.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-langkah-langkah-kelebihan. Diakses pada 28 Otober 2016.

Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Republik Indonesia. 2005. Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ridho, Nur. 2011. Model Pembelajaran Kooperatifhttp://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Modelpembelajaran. Diakses pada 28 Oktober 2016

Robbins, Stephen dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Organizational Behavior. Salemba Empat.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Satori, Djam’an. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Professional. Jakarta: Esensi Erlangga Grup.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahyuddin, et al. 2009. Pendidikan Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo

Zuhairini, et al. 1981. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.







Lampiran 4
ANGKET PENELITIAN  SEBELUM TINDAKAN
Tanggal           :
Nama               :
Kelas               :
Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan sejujur- jujurnya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1.    Belajar Mata Pelajaran PAI menyenangkan.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju            
2.    Menurut saya, memahami pelajaran PAI adalah sulit
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
3.    Saya suka mengikuti pelajaran PAI  yang diajarkan oleh guru.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
4.    Ketika pelajaran PAI, saya menjadi mengantuk dan lebih suka bermain
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
5.      Saya menginginkan guru memberikan cara lain yang menyenangkan dalam mengajar pelajaran PAI
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
6.    Saya tidak terlalu suka belajar PAI di kelas
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
7.    Guru mengajari saya  buku pelajaran PAI dengan cara menyenangkan
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
8.    Belajar PAI  itu membosankan
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
9.      Saya ingin pelajaran PAI lebih lama daripada pelajaran lainnya.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
10.  Belajar PAI dengan belajar mata pelajaran lainnya sama saja menurut saya
a.    Setuju                b.Tidak setuju            

Lampiran 5
ANGKET PENELITIAN  SETELAH TINDAKAN
Tanggal           :
Nama               :
Kelas               :
Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan sejujur- jujurnya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1.    Belajar Mata Pelajaran PAI dengan Tipe Jigsaw sangat menyenangkan.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju            
2.    Saya semangat belajar PAI jika menggunakan metode pembelajaran tipe Jigsaw
    a. Setuju      b.Tidak Setuju
3.    Saya selalu ingin belajar PAI dengan tipe Jigsaw yang diberikan oleh guru di kelas
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
4.    Saya aktif belajar di kelas jika yang digunakan adalah tipe Jigsaw
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
5.    Belajar menggunakan tipe Jigsaw dengan metode ceramah sama saja menurut saya.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
6.    Saya susah memahami pelajaran PAI  jika yang digunakan adalah tipe Jigsaw
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
7.    Saya semakin malas belajar jika yang digunakan adalah tipe Jigsaw
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
8.    Saya lebih suka belajar PAI dengan tipe Jigsaw daripada belajar dengan hanya membaca
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
9.      Belajar dengan menggunakan tipe Jigsaw membuat saya malas belajar PAI.
a.    Setuju    b.Tidak Setuju
10.  Saya sangat suka cara guru mengajarkan PAI dengan tipe Jigsaw.

a.    Setuju    b.Tidak setuju

Bagikan

Jangan lewatkan

PTK TIPE JIGSAW
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.