PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
penyelenggaraan roda pemerintahan di Indonesia, pemerintah menempatkan
pendidikan sebagai salah satu agent
pembangun peradaban. Pemerintah mencanangkan wajib belajar sembilan tahun dan
telah berlaku di beberapa daerah pendidikan gratis yang tak lain tujuannya
adalah agar anak bangsa dapat mengenyam pendidikan yang layak untuk masa depan
mereka.
Pendidikan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa. Kajian di
berbagai negara menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat
pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa. Di Indonesia, pendidikan
diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis,
religius, mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan
menekankan keunggulan masyarakat di berbagai bidang. Berbicara mengenai
pendidikan tidak lepas dari pembicaraan bangku atau jenjang pendidikan dan
materi pendidikan. Di antara sekian materi pendidikan yang tersedia, materi
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi yang mendapatkan perhatian besar
untuk mendapatkan reinforcement
(pengembangan).
Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3, Republik Indonesia (2005: 8) menyatakan sebagai berikut.
Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Fungsi
dari tujuan pendidikan tersebut di atas sejalan dengan prinsip Islam yang
mengajarkan kepada manusia untuk menuntut ilmu mulai dari buaian hingga liang
lahad. Disamping itu, manusia telah diberikan akal oleh Allah agar mereka
menjadi cerdas yang dari kecerdasan itu, manusia dapat memilih jalan kebaikan.
Manusia diberi Allah kecerdasan, di antaranya daya ingat yang tajam,
sistematika dalam berfikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara
sederhana, dan lain sebagainya. Kecerdasan ini pula yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya.
Berbicara
mengenai pendidikan, topiknya selalu tidak terlepas dari masalah hasil belajar
atau prestasi murid. Di antara masalah tersebut yang paling nampak adalah
rendahnya hasil belajar yang diperoleh murid. Secara khusus, penulis mengangkat
masalah rendahnya hasil belajar matematika yang banyak terjadi di setiap
jenjang pendidikan di Indonesia, khususnya di SD Negeri Tanggul Patompo 1,
Kecamatan Mamajang, Makasssar. Hasil belajar matematika murid kelas III di
sekolah tersebut dinyatakan masih rendah. Berdasarkan observasi pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 11 Bulan Oktober ditemukan bahwa pencapaian nilai KKM
murid rendah yaitu 58 dari standar KKM 75.
Tantangan guru
dalam mengajar akan semakin kompleks. Murid saat ini cenderung mengharapkan
gurunya mengajar dengan lebih santai dan dapat menarik minat mereka.
Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk- bentuk metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar. Ketidakpahaman itulah
yang membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional,
sehingga murid merasa jenuh, bosan, dan malas mengikuti pelajaran.
Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman mengajar, kondisi pembelajaran matematika murid Kelas
III di SD Negeri Tanggul Patompo 1, diketahui bahwa guru kelas masih
melaksanakan pembelajaran dengan menyajikan pelajaran secara monoton tanpa ada
upaya penyesuaian dengan keadaan murid di kelas tersebut. Kondisi pembelajaran
tersebut tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus. Oleh karena itu,
penulis mencoba menyesuaikan metode mengajar dengan gaya belajar murid
sebagaimana yang dewasa ini berkembang pendidikan berkarakter yaitu guru
mengikuti gaya belajar murid, bukan sebaliknya. Penulis dalam hal ini mencoba
mengaplikasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pola soal cerita
dalam upaya meningatkan prestasi belajar murid.
Soal cerita adalah soal yang
disajikan dalam bentuk kalimat sehari hari dan umumnya merupakan aplikasi dari
konsep matematika yang dipelajari . Soal cerita mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Soal dalam bentuk ini merupakan suatu uraian yang
memuat satu atau beberapa konsep matematika sehingga murid ditugaskan untuk
merinci konsep- konsep yang terkandung dalam soal tersebut. Umumnya uraian soal
merupakan aplikasi konsep matematika dalam kehidupan sehari- hari atau keadaan
nyata, sehingga murid seakan akan menghadapi keadaan sebenarnya.
2.
Murid dituntut menguasai materi tes dan bisa
mengungkapkannya dalam bahasa tulisan yang baik dan benar.
3.
Baik untuk menarik hubungan antara pengetahuan
yang telah dimiliki murid dengan materi yang sedang dipikirkannya.
Penulis
merumuskan sebuah judul untuk kemudian penulis tindak lanjuti dengan
melaksanakan penelitian dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research), yaitu penelitian
yang dilakukan karena melihat adanya permasalahan pembelajaran dalam sebuah
kelas yang subjek penelitiannya adalah murid di kelas itu sendiri. Adapun
rumusan judul tersebut adalah” Penerapan Metode Soal Cerita dalam
Meningkatkan Prestasi
Matematika Murid Kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1, Kecamatan Mamajang, Makassar”
B.
Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Merujuk pada bahasan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka ditemukan identifikasi masalah berikut:
a. Rendahnya hasil belajar matematika murid dikarenakan
oleh rendahnya motivasi
belajar mereka dalam proses pembelajaran
b. Salah satu sebab
rendahnya motivasi belajar murid adalah suasana pembelajaran yang monoton dan
terkesan terselenggara dengan apa adanya. Guru tidak menciptakan iklim yang
menyenangkan dalam kelas yang sesuai dengan gaya belajar murid, melainkan murid
yang dituntut mengikuti gaya mengajar guru.
2.
Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk
memecahkan masalah rendahnya prestasi
matematika murid Kelas III SD NEGERI Tanggul Patompo 1, Kecamatan Mamajang, Makassar
dengan menerapkan metode soal cerita.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan alternatif pemecahan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah dengan Metode Soal
Cerita dapat menigkatkan prestasi matematika murid Kelas III SD NEGERI Tanggul
Patompo 1, Kecamatan Mamajang, Makassar.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi matematika murid Kelas
III SD Negeri Tanggul Patompo 1, Kecamatan Mamajang, Makassar melalui penerapan metode soal cerita.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Dalam setiap penelitian, diharapkan adanya
manfaat yang dapat diambil oleh beberapa pihak. Adapun manfaat bagi peneliti
sendiri adalah penelitian ini meningkatkan kreativitas dalam upaya menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi murid, pengalaman belajar matematika dengan metode soal cerita akan menjadi pengalaman yang sangat menarik dan bermakna karena terkait dengan kehidupan sehari- hari.
b. Bagi guru, pengalaman
mengajar matematika dengan
menggunakan metode soal cerita ini dapat digunakan sebagai upaya perbaikan dan inovasi pembelajaran untuk menciptakan murid yang cinta
belajar sebagai efek dari suasana pembelajaran yang menyenangkan.
c. Bagi sekolah,
penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi perkembangan kualitas
sekolah dengan meningkatnya kualitas murid dalam meningkatkan hasil belajar
mereka di sekolah tersebut.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi
pengalaman yang menarik dan sebagai jalan untuk lebih inovatif dan memberi
perhatian yang dalam mengenai peningkatan hasil belajar murid.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori- teori Pendukung dan Hasil
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelusuran
terhadap literatur- literatur yang relevan dengan objek kajian dalam penelitian
ini, penulis akan menyebutkan beberapa referensi baik yang penulis kutip dari
buku maupun karya ilmiah yang relevan.
1. Teori- teori
Pendukung dan Penelitian yang Relevan
Pertama, James (2008: 113) dalam
bukunya menyatakan sebagai berikut.
The skill and strategies needed
for successful mathematical problem solving develop form the
preschool years, when children develop an understanding of the base- 10
numerical system. During this early years, they tipically develop the “number sense”
needed to processand manipulate numerical information. In primary school,
chidren continue to acquire mathematical knowledge and skill and are exposed to
a variety of math problems requiring addition and subtraction opetarions.
James
mengatakan bahwa keahlian dan strategi dibutuhkan untuk mengembangkan pemecahan
masalah terhadap masalah matematika untuk usia pra sekolah, ketika anak- anak
mengembangkan pemahaman tentang sistem penomoran. Selama usia dini ini, mereka
tipikalnya mengembangkan makna dari penomoran. Adapun pada sekolah dasar, murid
berkembang untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian matematika dan terekspos
pada masalah penjumlahan dan pengurangan
Kedua, Nata (2011)
dalam bukunya yang berjudul Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran yang
diterbitkan oleh Kencana Prenada Media Group membahas tentang komponen strategi
pembelajaran serta metode pembelajaran kooperatif dan interaktif.
Ketiga, Sudjana
(1988) dalam Rohani (2004) menjelaskan
bahwa strategi mengajar/pengajaran
adalah taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
(pengajaran) agar dapat mempengaruhi
para murid untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien.
Keempat,
Pramudito(2008) dalam
skripsinya yang berjudul hubungan gaya belajar siswa dengan memecahkan masalah
soal cerita matematika menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara tipe gaya belajar murid dengan kemampuan murid dalam
menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Metode
Kata metode menurut Kamus
Bahasa Indonesia (2008: 1022) berarti:
a. Cara yang teratur
berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud (ilmu pengetahuan)
b. Cara kerja yang
teratur dan bersistem untuk dapat melaksakan suatu kegiatan dengan mudah guna
mencapai maksud yang ditentukan.
Abdul Madjid (2008:132)
dalam bukunya menyebutkan pengertian metode merupakan rencana menyeluruh
tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang
ditenukan.
3. Prestasi
Prestasi memiliki beberapa
pengertian sebagai berikut:
a. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (2008: 151) prestasi diartikan dengan suatu hasil yang dicapai, hasil
kerja, penghargaan dan kemampuan.
b. Djamarah (1994:
20-21) mendefenisikan prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja.
Penulis menyimpulkan bahwa
prestasi adalah suatu hasil yang memuaskan yang dicapai setelah melalui upaya
yang maksimal. Pengertian prestasi senada dengan hasil belajar.
Sudjana (2009: 45) dalam bukunya membagi
tiga macam hasil belajar, yaitu : a) keterampilan dan kebiasan, b) pengetahuan
dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Ketiganya dapat diisi dengan bahan yang
ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Djamarah dan Zain
(2002: 121) mengemukakan bahwa setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil
belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana hasil belajar yang telah
dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak faktor yang
mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil atau keberhasilan dalam
belajar.
4. Soal Cerita
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya mengenai metode soal cerita pada latar belakang masalah,
diketahui bahwa metode ini merupakan metode yang sangat tepat diterapkan pada
pembelajaran matematika yang secara umum dikonotasikan sebagai mata pelajaran
yang paling rumit dan membosankan dalam pandangan sebagian besar murid.
Murid sekolah dasar yang
mana masih berada pada kisaran usia delapan sampai sembilan tahun masih
tergolong kategori anak anak yang dikenal pada umumnya menyenangi bacaan yang
dikemas dalam bentuk cerita sehari- hari.
Disadur dari sumber internet,
kelebihan metode soal cerita dapat dilihat sebagai berikut:
a.
Soal dalam bentuk ini dapat digunakan untuk
menilai proses berfikir murid sekaligus akhirnya.
b. Meningkatkan kreativitas dan aktivitas murid
karena soal cerita menuntut murid berfikir secara sistematik dan mengaitkan
fakta- fakta yang relevan.
c. Murid akan mengetahui kegunaan dari konsep
matematika yang dipelajarinya karena diterapkan langsung dalam kehidupan
sehari- hari.
Metode soal cerita tidak
hanya memiliki kelebihan namun juga memiliki kekurangan yaitu sebagai berikut:
a. Perlu kajian secara mendalam dan cermat sebelum
menentukan jawaban sehingga murid terpaku pada pokok masalah yang cukup panjang
dan kompleks.
b.
Memerlukan waktu yang relatif lama dalam
mengerjakannya.
c. Bahasa dan kalimat yang digunakan kadang- kadang
kurang tepat (tidak efisien dan efektif) sehingga membingungkan dan menimbulkan
salah tafsir bagi murid.
Melihat kelemahan dari
penerapan metode soal cerita di atas, maka guru perlu untuk mengantisipasinya
dengan memperhatikan tingkat kemampuan memahami bahasa murid agar tujuan dari
penerapan metode soal cerita ini dapat terlaksana.
Hasil penelitian ini relevan
dengan apa yang penulis paparkan sebelumnya bahwa penerapan soal cerita tepat
diterapkan dalam pembelajaran matematika karena ia cenderung sesuai dengan gaya
belajar murid.
Dari beberapa literatur
pendukung di atas, penulis melihat bahwa pembelajaran dengan soal cerita dapat meningkatkan prestasi murid karena menghasilkan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan terkait dengan keseharian murid.
B.
Kerangka Pikir
Pokok masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah penerapan metode soal cerita untuk meningkatkan hasil belajar matematika
murid kelas III sekolah dasar. Guru dan murid merupakan faktor penentu dalam
proses pembelajaran, oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan pembelajaran
yang efektif di dalam kelas, keterlibatan guru dan seluruh murid secara aktif
menjadi sesuatu yang mutlak diupayakan.
Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang dalam pandangan sebagian besar murid
adalah mata pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan mata
pelajaran tersebut, dalam hal ini penulis memilih menggunakan metode soal cerita. Untuk lebih sederhananya dapat dilihat pada bagan berikut.
Bagan 1. Kerangka Pikir
Metode mengajar konvensional dan
monoton
|
Penerapan Metode
Soal Cerita dalam kelas PT
|
Murid kurang termotivasi untuk belajar
|
Hasil belajar matematika murid
Kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1
Kecamatan Mamajang,
rendah
|
Prestasi matematika murid Kelas III SD Negeri
Tanggul Patompo 1 Kecamatan Mamajang meningkat
|
C.
Hipotesis Tindakan
Penggunaan Metode Soal Cerita dapat meningkatkan prestasi matematika murid kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1 Kecamatan
Mamajang, Makassar.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Class
Action Reserach) karena fokus pada permasalahan pembelajaran pada satu
kelas dengan.
Alur Penelitian
Tindakan Kelas ini berupa siklus yang mana tiap siklus mencakup tahapan 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan 4) Refleksi. Menurut Sanjaya (2010: 54) PTK
ini dinamakan model siklus karena model ini lebih menonjolkan kegiatan yang
harus dilaksanakan peneliti dalam setiap kali putaran.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri Tanggul Patompo 1 Kecamatan Mamajang, Makassar. Lokasi sekolah ini
tepatnya berada di jalan Cendrawasih Makassar. Sekolah ini telah telah dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan
baik.
Subjek penelitian ini adalah murid Kelas III SD Negeri
Tanggul Patompo 1 Kecamatan Mamajang, Makassar
dengan asumsi bahwa murid tersebut memiliki prestasi matematika yang rendah karena kurangnya
motivasi dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Adapun
kelas yang akan penulis teliti terdiri atas 25 orang murid
yang mana terbagi atas 18
orang laki-laki dan 32 orang
perempuan.
C. Faktor yang Diselidiki
Permasalahan ini muncul dengan kurangnya motivasi
belajar murid pada mata pelajaran matematika yang berdampak pada rendahnya prestasi
mereka. Oleh karena itu, faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
1. Faktor proses, yaitu
meneliti aktivitas murid kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1 Kecamatan
Mamajang, Makassar selama proses pembelajaran dengan menggunakan Metode Soal
Cerita.
2. Faktor hasil, yaitu meneliti
prestasi murid kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1 Kecamatan Mamajang,
Makassar setelah diajar dengan menggunakan Metode
Soal Cerita.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua siklus.
Siklus pertama tetrdiri atas tiga kali pertemuan yang mana pada pertemuan pertama akan diberikan pre test untuk mengukur prestasi awal murid sebelum diberikan tindakan. Selanjutnya dilanjutkan dengan siklus ke dua yang juga terdiri atas tiga kali pertemuan dan pada
akhir pertemuan akan diberikan post test
untuk mengukur peningkatan prestasi matematika murid setelah
diberikan tindakan
Mulyasa (2008:
84) dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas memberikan gambaran tentang
prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1.
Perencanaan Tindakan
Langkah- langkah perencanaan tindakan yaitu
menyusun beberapa instrumen penelitian berupa:
a. Menelaah aktivitas guru
matematika Kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1, Kecamatan Mamajang, makassar.
b.
Menyiapkan RPP yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Menyiapakan soal tes sebagai pre test untuk
mengukur prestasi awal murid sebelum tindakan penelitian.
d.
Menyiapkan lembar observasi sebagai instrumen
penelitian saat penelitian berlangsung.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilakukan tindakan berupa
pelaksanaan program pembelajaran dengan menggunakan soal cerita berdasarkan RPP.
3.
Observasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-
data dari sumber data dengan instrumennya masing- masing untuk kemudian
dianalisa pada tahap refleksi.
4. Refleksi
Pada tahap ini, hasil observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dianalisis dan kemudian mengamati sisi- sisi yang masih
kurang atau belum tercapai untuk dapat menentukan aktivitas yang akan
diterapkan pada siklus berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, penulis gambarkan
prosedur penelitian Penelitian Tindakan Kelas merujuk pada apa yang dijabarkan
oleh Mulyasa (2009:84). Gambaran tersebut adalah sebagai berikut:
Skema 1. Siklus
PTK
Perencanaan
Tindakan I
|
Refleksi I
|
Observasi,
Refleksi, dan Evaluasi I
|
Pelaksanaan
Tindakan
|
Perencanaan
Tindakan II
|
Pelaksanaan
Tindakan II
|
Observasi,
Refleksi, dan Evaluasi II
|
Prencanaan
Tindakan III III
|
Observasi,
Refleksi, dan Evaluasi III
|
Pelaksanaan
Tindakan III
|
Solusi,
Penemuan, dan Kesimpulan
|
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, disiapkan instrumen berupa tes dan lembar observasi.
1. Tes merupakan
instrumen untuk mengumpulkan data hasil belajar atau prestasi murid. Dalam
penelitian ini murid akan diberikan tes berupa pre-test untuk mengukur prestasi awal matematika murid dan post-test untuk mengukur hasil belajar matematika murid
setelah diterapkan tindakan dengan metode Soal Cerita.
2. Lembar Observasi merupakan instrumen untuk mengadakan pengamatan terhadap
aktivitas dan kreativitas murid dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di
luar kelas
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti
tidak hanya menilai aspek kuantitatif akan tetapi juga menilai aspek
kualitatif.
1. Analisis data
kuantitatif.
Yang dimaksud dengan
analisis data kuantitatif adalah analisis data murid yang berupa hasil tes dan
terkait dengan angka. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar yang merupakan
hasil evaluasi di setiap siklus yang dilakukan.
2. Analisis data
kualitatif
Yang dimaksud dengan analisis data kualitatif
adalah analisis data murid terkait dengan motivasi, sikap, minat dan kualitas
kepribadian murid setelah menerima tindakan.
Data yang diperoleh dari peneliti akan dianalisis
agar memperoleh data yang valid untuk disajikan sesuai dengan masalah yang
dibahas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga tahapan dalam
menganalisis data sebagaimana penulis sadur dari Sugiyono (2008: 234) sebagai berikut.
1. Reduksi Data. Semua data di lapangan dianalisis
sekaligus dirangkum, dipilih hal- hal yang pokok dan difokuskan pada masalah
yang pokok yang dianggap penting, dicari tema dan polanya sehingga tersusun
secara sistematis dan mudah dipahami.
2.
Display Data. Display data atau penyajian data
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti agar data yang diperoleh dan
jumlahnya banyak, dapat dikuasai dan dipilih secara fisik dan dibuat dalam
bagan.
3. Verifikasi Data. Tahap ini merupakan teknik analisis data yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari makna data dan mencoba untuk mengumpulkannya.
Pada awal kesimpulan data masih kabur, penuh dengan keraguan, tetapi dengan
bertambahnya data dan diambil suatu kesimpulan, pada akhirnya akan ditemukan
cara mengelola data.
G. Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan indikator kinerja
sebagai berikut:
1. Penggunaan Metode Soal Cerita dapat meningkatkan prestasi matematika murid kelas III SD Negeri Tanggul Patompo 1, Kecamatan Mamajang, Makassar.
2. Adanya peningkatan hasil belajar murid, yaitu minimal 85% murid yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM = 75) dari keseluruhan jumlah murid dalam kelas.
Peneliti menggunakan penilaian pada murid dengan
berpedoman pada Depdiknas (2010: 11) pedoman penilaian dengan menggunakan
lambang bintang, apabila murid berkembang sangat baik, guru akan memberi nilai
****, apabila murid berkembang sesuai harapan, maka guru memberi nilai ***,
apabila anak baru mulai berkembang maka diberi nilai **, dan apabila murid
belum berkembang maka guru memberinya nilai dengan lambang bintang *.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Nasional, Kamus Bahasa Indonesia.
2008. Jakarta: Pusat Bahasa.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
mcden13.files.wordpress.com bab
ii polya
James, Amy. 2008. School Success
for Children with special needs, everything you need to know to help your
children learn. US of Amerika: john wiley & Sons, inc
Madjid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nata,
Abudin. 2011. Perspektif Islam tentang
Strategi Pembelajaran. Kencana
Pramudito, Okki. Hubungan Gaya
Belajar Siswa dengan Memecahkan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas VIII
SLTP 2 Pandak Bantul. 2008. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan. (Online http://archieve.eprints.uad.ac.id.psikologi
pendidikan)
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sudjana, Nana. 2009. Cara Belajar Murid Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono.
2008. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2005.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bagikan
Meningkatkan Prestasi Belajar dengan Metode Soal Cerita
4/
5
Oleh
Unknown