Jumat, 25 November 2016

Cerita Senja

Bismillahirrahmaanirrahiim
~~~
Sleepy, efek begadang  semalam.
Tapi tanggung, sedikit lagi ashar.
Harus cari kesibukan tapi yang tetap nyantai,
dan...yup, ketemu!☆☆☆
One of my best waker, NULIS (*.*)

Tapi tanggung benar waktunya buat nulis,
so so, saya repost saja postingan saya beberapa tahun kemarin di FB.
Here it is (part one)...
~~~

Bismillahirrahmanirrahim.
Di suatu petang, dalam perjalan pulang selepas kerja.
Berbungkus lapar dan lelah, kami diuji Allah dengan rantai motor yang putus di sebuah gang besar.

Tak ada pilihan lain selain menepi dan mengacak acak motor dengan bekal perasaan. Ya, kami hanya berbekal perasaan karena kami tak punya keterampilan.

Menit berlalu hampir sejam, tak ada hasil sama sekali.
Satu, dua, bahkan puluhan mobil dan motor melintasi kami,
Semuanya...”cuek”, tak ada yang peduli.
***
Pasrah dan sesekali menyebut asma Allah,tiba- tiba sesosok pria mendekati kami, sedikit ngeri, sekilas kulihat ada tatto di kakinya.
Dia seorang Tukang Bentor.
Pria itu menyapa
“bjsa#jgljh@jhaalhf”

Rabby,,,, beliau bisu!
Tapi kami menangkap bahwa beliau bermaksud menolong kami. Bak ketemu barang istimewa yang lama hilang, senangnya hati kami.
Kamipun mundur beberapa langkah dan memberinya ruang.


Dengan bahasa isyarat beliau meminta peralatan, tapi tak ada. Kemudian, dengan gerakan cepat, beliau setengah berlari ke suatu tempat mencari pinjaman peralatan,
namun lagi lagi tak ada.
Beliau pun pasrah dan menunjukkan kami sebuah bengkel.
***
Meski beliau gagal, namun kami menghaturkan terima kasih dan yang
pasti, kami mendoakan kebaikan atasnya.
***
Solusi paling tepat, mendorong motor ke bengkel meski dengan jarak agak jauh dan harus melawan arus serta dengan kondisi jalanan yang berbatu.
Sementara langit tak lagi cerah dan pengeras suara di mesjid mulai bersahutan, hatipun semakin resah.

Tiba- tiba...“Deg” saya terhenyak sesaat dan langkah saya terhenti,
rasa rasanya ada yang menarik rok bagian bawah saya, dan saat berbalik untuk memastikan...
Rabby, seorang wanita, taksiran umur 40-an, setengah berjongkok sedang mencabuti duri2 yang tertusuk di rok saya.

“Maaf d, banyak duri di roknya, sakit kalau tertusuk”Ucap beliau segera

Mungkin itu duri yang menempel di tempat mogok tadi. Saya berusaha menolak, sungguh segan diperlakukan seperti itu, namun beliau memaksa dan sayapun pasrah.

“Kenapa motornya didorong d?”
“Oh, rantainya putus bu” Jawab saya

Beliau segera menghampiri motor dan meminta izin memeriksa,

“Ini harus dibawa ke bengkel, mari saya saja yang dorongkan”
Kami menolak tapi sekali lagi beliau memaksa.

“Sebentar, saya tepikan dulu gerobak saya” kata beliau sembari berputar arah.
Gerobak? Pedagang bakso kah? Penjual jamu? atau gado gado?

Pandangan saya mengikuti beliau dan masya Allah, beliau seorang pemulung. Gerobak yang ditepikannya adalah adalah sebuah becak setengah utuh penuh dengan onggokan sampah. Saya amati ibu itu, tubuh ringkih, amat lusuh dan lecek pakaiannya, dua kancing atas kemejanya telah lepas dan sebuah topi putih bertengger di kepalanya, namun tenaga dan semangatnya nampak besar, seakan akan beliau bekerja dengan menanti upah jutaan rupiah. Ada yang menyesak di dada dan mata terasa hangat.

Dengan sigap beliau mengambil alih motor, sementara teman saya ikut di belakangnya.

Sesaat saya masih terpaku, apa yang harus saya lakukan?
Bagaimana dengan hasil memulung ibu itu? Bagaimana jika ada
pemulung lain yang mengambilnya?
Haruskah saya yang mendorongkannya?

Tapi saya segera beranjak, bukan berprasangka buruk tapi berhati hati, ini kota besar, modus apa saja mungkin terjadi. 
Kata Bang Napi, WASPADALA...WASPADALAH!!!^^

Yang membuat saya sedikit tak percaya, beliau mendorong motor dengan setengah berlari, jadinya kami tertinggal di belakang.
Dari mana asalnya tenaga itu?

Tak lama, dari jarak 20 meter kami melihat beliau sudah masuk bengkel, dan belum lagi kami tiba, beliau sudah keluar dengan tergesa gesa dan hanya berkata “silahkan ditunggu motornya d” lalu segera berlalu seakan akan tidak memberi kami kesempatan untk berterima kasih atau membalasnya lebih.

Terenyuh, saya membatin...
Bagaimana Allah menggerakkan hati seorang pria Tukang Bentor yang tidak sempurna untuk menolong kami, sementara sebelumnya puluhan orang yang mungkin sempurna berlalu tanpa peduli?

Bagaimana Allah menggerakkan hati seorang wanita pemulung berjongkok di jalan hanya untuk mencabuti duri di rok seseorang yang tak dikenal dan membantu kami sementara beliau harus meninggalkan hasil memulungnya yang bisa saja dicuri oleh pemulung lain?

Bagaimana Allah memberinya tenaga dan semangat yang besar mendorong motor kami, padahal saya yakin kalau dirinya pasti jauh lebih lelah daripada kami?

Bagaimana Allah menolong kami dengan perantara seorang Tukang Bentor dan Pemulung, sementara kami sangat jarang berinteraksi dengan orang2 seperti mereka?
*** 
Rabby, segala puji bagi-Mu, Engkau mentarbiyah kami dengan sebuah skenario indah di senja hari bahwa pertolongan dan kebahagiaan itu bisa datang dari siapa saja, tak peduli engkau mengenalnya atau tidak, tak peduli engkau pernah memikirkannya atau tidak, tak peduli dalam kaca mata manusia mereka dari kelas rendah atau tinggi, tak peduli engkau meminta bantuannya secara langsung atau tidak.


Maka pelajaran terbesarnya adalah berilah pertolongan semampumu pada SIAPA SAJA yang engkau dapati membutuhkan pertolonganmu, jika engkau gagal maka yakinlah bahwa dia bahagia karena engkau telah peduli padanya. 
.......dan termasuk tolong menolong di dalamnya adalah mendo’akan SIAPA SAJA yang engkau lihat butuh dido’akan karena itulah sebaik baik pertolongan dan memberi nasihat bil hikmah pada saudaramu yang engkau lihat membutuhkannya, meskipun ia tidak memintanya.
~~~~~~~~~~~~~~~
☝☝☝Repost pengalaman pribadi saya tahun 2013 silam, dengan sedikit perbaikan ejaan,
Sekian & Terima Kasih

Saturday, November 26, 2016~ 03.36 p.m. @ ?? 

Bagikan

Jangan lewatkan

Cerita Senja
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.