Sabtu, 03 Desember 2016

Saya & Sepeda

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaikum wa Shabaahul khair.
Pagi yang indah,
Tak hanya seru oleh deru kendaraan yang sedari subuh bolak balik kayak setrikaan,
Tapi juga ramai oleh irama rintik hujan.
~~~

Hmmm, pernah lihat sepeda tidak? He he he, What a stupid question.
O.K. next, tahu naik sepeda tidak?
Survey membuktikan, 8 dari 10 responden yang saya tanya menjawab “Ya”.
Ternyata masih ada 2 yang menjawab “tidak”, salah satunya adalah SAYA (*-*)

Yup, riding a bicycle is a very very difficult thing for me.
I wonder, when will I be able to do that.
I do hope, someday, I will.

So, haruskah saya membenci sepeda?
Big No!!!
Saya sangat suka sepeda.❤
Saya menyukainya dari sudut pandang manapun saya memandangnya.

☄Secara fisik, ia manis dan sederhana. 
Andaikata ia manusia, tak bosan saya memandangnya ^.^

Secara kepribadian,he he, ia tenang [sekencang apapun dikayuh, ia tetap nampak tenang], kalem [tidak menciptakan polusi suara], pemalu [selalu berjalan di tepi] dan tidak banyak tuntutan alias qanaah ^.^ [ndk minta jatah bensin, oli, lampu, dan sebagainya].  
Andaikata ia manusia, adem senantiasa hati saya berada di dekatnya.

Secara psikologi, ia senantiasa memberi motivasi. Ia senantiasa berkata, “Kayuh terus, pelan- pelan saja, sepanjang engkau tidak berhenti, engkau akan tiba pada tujuanmu. Jangan terperdaya oleh motor dan mobil yang kelihatan enteng melaju kencang di sampingmu. Sejatinya, keberhasilan itu adalah apa yang engkau capai setelah engkau berpayah- payah lebih dahulu". 
Andaikata ia manusia,  saya akan selalu mencari optimisme hidup dalam dirinya.

Secara manfaat, tak ada yang meragukannya. Tak heran ia menjadi salah satu cabang olah raga yang mendunia. Bersepeda sangat bagus untuk kesehatan jantung dan pembentukan tubuh, serta melatih menguatkan otot- otot. 
Andaikata ia manusia, badan saya akan senantiasa bugar jika jalan bareng dengannya.

Secara seni, bagi saya, ia seniman sejati. Menyatukan ritme otak, tangan, dan kaki bukan hal mudah untuk dilakukan, ia adalah sebuah seni. Mempelajarinya, mengajarkan kesabaran, ketekunan, ketenangan, dan ketidakputusasaan.  Belajar bersepeda, Jatuh bangun sudah pasti akan terjadi, tapi ia bukan hal yang memilukan, justru lucu dan menyenangkan. 
Andaikata ia manusia, hal- hal manis akan selalu saya dapatkan darinya.

Benar kan??? Dari sudut pandang manapun, saya jatuh hati padanya.
Tapi..., itu dia..., saya belum ditakdirkan mampu mengendarainya, hiks hiks  (-_-‘)

Flash back
Dahulu, di rumah ada sepeda, tapi bukan sepeda saya, melainkan sepeda kakak. Bapak sangat menjaga saya dari permainan yang ala- ala maskulin. Sebaliknya, bapak memanjakan saya dengan permainan yang dapat meningkatkan naluri kewanitaan.

Tapi masalahnya, tak seorang perempuanpun di rumah yang bisa saya ajak main, saya dikelilingi sodara laki- laki yang mainannya sudah pasti bukan boneka dan alat- alat dapur.  Maka, ketika bapak ngantor atau dinas ke kota, jadilah saya Wonder Woman ☺☺☺, berbaur dengan kakak2 saya bersama teman- teman mereka, bermain bersama.

Satu- per satu mainan kakak saya ikuti, semuanya bisa, malah saya bisa dapat rekor muri panjat pohon cengkeh tetangga yang paling cepat dan sampai ke puncak, hehehe. Tapi, Sepeda Oh Sepeda, mengapa dia sama sekali enggan untuk saya kendarai. Padahal, ketika saya dibonceng kakak di bagian depan sepeda, saya bermimpi mimpi melakukannya sendiri.

Tak jarang, ketika sepeda nganggur di gudang rumah, saya berlatih sendiri. Tapi seberapa kalipun saya trial error, hasilnya tetap = error, hihihi. Paling susah pada bagian mengayuh pedal sepeda. Itu... rasanya seperti ada batu gunung yang menggantung di kaki seberat 10 Kg.

Pernah sekali, saya beranikan diri melajukan sepeda dari  ketinggian, tidak perlu dikayuh, sepedanya jalan terus, saya bisa seimbang...sedikit lagi sukses, tapi ya...sedikit lagi, bukan berarti sudah sukses, sebab saya terlambat putar setir. Putarnya setelah lewat jalan masuk rumah alias nyungsep ke got, duh!.
Luka? IYA
Nangis? TIDAK
Masih berani coba? IYA

Once again, saya coba lagi, dengan star dan tujuan yang sama. Benar saja, saya berhasil mutar tepat masuk di halaman rumah. Senaaang rasanya, saking senangnya sampai lupa ngerem dan nyaris tabrak tembok. Akhirnya yang terjadi adalah rem mendadak dan BRUK, jatuh.
Luka lagi? IYA
Sudah nangis? IYA sudah
Masih mau coba sekali lagi? TIDAK
~~~
Hehehe, jadilah saya sampai hari ini jahil bin jahil naik sepeda.
Suka rada- rada mau belajar lagi kalau lihat ponakan laki2 saya di kampung dengan lincahnya mutar sana sini. Atau ponakan perempuan saya yang gendut- gendut berseliweran dengan sepedanya. Tapi sepertinya tidak bakal kesampaian, harapan tinggal harapan,hehehe.

But, who knows,
Mungkin akan tertulis juga takdir saya memiliki sepeda manis putih kebiru-biruan,
Setiap pagi menyehatkan diri bersamanya,
dan itu akan menjadi salah satu benda paling berharga saya (*^-^*)
Aamyn.
```
Enough romantisme saya bersama sepeda.
Now is time to study, time to read, b'coz reading is a key of the world.
Bye, wassalam.
⌚ 08.30 a.m/ Paccinongan.

Bagikan

Jangan lewatkan

Saya & Sepeda
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.